bakabar.com, JAKARTA - Sekitar pukul 09.00, gerbang depan Mess Cendrawasih yang biasa dikenal dengan sebutan Mess Papua terkunci. Dari dalam pagar, terpasang karung berisikan puing-puing berisi genteng bekas.
Upaya pembongkaran Mess Cendrawasih I di Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat berlangsung mencekam pada Jumat (30/12). Sekitar 30-an pria diduga preman datang mengawal beko dilengkapi senjata tajam.
"Beberapa bulan ini, Pemprov Papua coba terus meneror dan mengintimidasi warga kita supaya segera keluar dari sini," jelas Ketua Ikatan Keluarga Cendrawasih (IKC) Zakeus Sabarofek, 50 tahun, ditemui bakabar.com di Mess Cendrawasih, Sabtu (31/12).
Baca Juga: Mess Cendrawasih, Prasasti Kecintaan Soekarno pada Papua
Zakeus mengaku belum mengetahui akan dijadikan apa Mess Cendrawasih pemberian Presiden Soekarno setelah mereka direlokasi. "Kita belum tahu, karena belum pernah ada pembicaraan dengan kami," jelas Zakeus.
Sudah puluhan tahun Zakeus dan tak kurang dari 251 kepala keluarga lainnya menghuni Mess Cendrawasih. Menilik ke belakang, 17 September 1964 atau tiga tahun pasca-operasi pembebasan Irian Barat 'Trikora', mess bertingkat itu menjadi hibah dari pemerintahan Soekarno untuk putra-putri Papua yang ingin menimba ilmu di Jakarta.
"Padahal kalau kita mau ikutin dari awal ini adalah pemberian dari bapak Insinyur Soekarno, presiden pertama kita sebagai tanda apa namanya kebebasan Irian Barat," jelas Zakeus.
Memasuki November 2022, kata Zakeus, beberapa kali personel Satpol PP datang, Mereka berencana mengeksekusi rencana relokasi. "Kami tutup pintunya, tidak boleh ada yang masuk sampai ada sosialisasi yang baik," jelasnya.
15 menit setelah warga menutup pintu masuk, pagi itu terlihat ratusan orang diduga dari dua ormas daerah berkumpul seperti mengepung Jalan Waduk Melati tepat di belakang Mess Cendrawasih.
Tak berselang lama, mereka yang diduga sebagai orang suruhan Pemprov Papua mendekati pintu gerbang depan Mess Cendrawasih untuk mengawal alat berat atau beko.
Dari sinilah perlawanan para penghuni Mess Cendrawasih dimulai. Puluhan penghuni mess kemudian melempari puluhan orang itu dengan sesuatu dari balik gerbang yang digembok. "Kalau mereka masuk, pasti anak-anak potong (tebas)," jelasnya.
View this post on Instagram
Sejurus itu, Wakapolsek Metro Tanah Abang mengimbau massa FBR dan Ambon agar tidak mendekati gerbang depan Mess Cendrawasih. Imbauan berhasil meredam situasi.
Pasukan Samapta dari Polda Metro Jaya kemudian dikerahkan untuk berjaga-jaga di gerbang depan Mess Cendrawasih. Bentrokan berhasil terhindarkan, meski dua kubu memilih bertahan hingga sore hari. Malam harinya, sejumlah personel kepolisian dan TNI berseragam maupun berpakaian sipil dikerahkan demi meredam bentrok susulan.
"Saya bilang anak-anak jangan keluar, jangan kamu kepancing emosi, kalau mereka sampai masuk baru hajar," jelas Zakeus.
Zakeus amat menyesalkan upaya-upaya represif yang coba dilakukan Pemprov Papua. Selama beberapa bulan terakhir, sekelompok orang, kata Zakeus, terus menebar teror. Segala macam cara dilakukan, termasuk mematikan aliran air dan listrik saat mereka bekerja.
"Jika mereka datang baik-baik, pasti kami terima, jangan justru menggunakan preman untuk menebar ketakutan," jelasnya.