bakabar.com, JAKARTA – Orang tua Malika tak bakal lupa betapa lusuh lagi linglung putrinya kala ditemukan di kawasan Cipadu, Tangerang, Senin (2/1) malam, usai menghilang 26 hari lamanya.
Putri kecil mereka yang baru berusia enam tahun itu mendapat perlakuan tak pantas. Hampir sebulan lamanya, Malika dipaksa memulung demi mengisi perut si penculik, Iwan Sumarno.
Malika bahkan juga mengalami kekerasan fisik. Tubuh mungilnya ditendang, bibirnya pun disentil setiap kali melakukan hal yang tak sesuai keinginan Iwan.
Mendengar putrinya mendapat perlakuan demikian, orang tua Malika, ON serta TL, mengalami trauma. Ini berdasarkan hasil pemeriksaan tim psikiatri Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
"Orang tuanya jelas mengalami trauma," jelas Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri, Irjen Asep Hendradiana, ditulis Rabu (4/1).
Tim psikiatri jiwa forensik RS Polri Kramat Jati lantas juga memberikan pendampingan kepada orang tua Malika. Berupa, psikologis dan advokasi.
Berproses untuk Sembuh dengan Trauma Healing
Proses penyembuhan Malika dan orang tuanya dari ketakutan yang membayangi mereka disebut trauma healing. Ini adalah proses penting, agar ketiganya bisa melanjutkan hidup tanpa mengingat kembali kejadian pahit itu.
Jika trauma healing tak dilakukan, tentu peristiwa traumatis itu dapat berdampak buruk, utamanya bagi Malika yang mengalami sendiri.
Bocah itu bisa saja kehilangan minat bersosialisasi, mengeluhkan masalah fisik, merasakan ketakutan yang tidak berdasar, bahkan mati rasa secara emosional.
Adapun dalam proses trauma healing, psikolog bakal melakukan beberapa tahapan. Mulai dari memberikan keamanan dan stabilitas, membantu pasien untuk mengingat dan menerima realita, hingga membantu pasien untuk membangun kembali hubungan.
Berdamai dengan Keadaan
Tahap yang pertama dalam trauma healing adalah keamanan dan stabilitas. Mulanya, psikolog akan menanyakan kondisi pasien, termasuk kebutuhan penggunaan obat tertentu untuk mengendalikan gejala.
Selanjutnya pasien diajarkan mengenali bahaya yang memicu emosi tidak nyaman terkait peristiwa di masa lalu. Lalu, pasien dibantu mengelola emosi saat berhadapan dengan pemicu traumatis.
Tahap kedua, mengingat dan menerima. Maksudnya, pasien bakal didorong untuk mengingat dan memproses konsekuensi yang diterima dari peristiwa traumatis.
Meski terdengar menyakitkan, nyatanya pasien berpotensi lebih mudah berdamai dengan keadaan kalau sering mengingat kejadian traumatis dan berpikir rasional.
Dengan begitu, pasien mampu mengelola emosi lebih baik. Sehingga, kondisinya pun akan jadi lebih stabil lagi terkontrol.
Tahap terakhir, rekonstruksi hubungan. Hal ini berarti psikolog bakal membantu pasien memahami dan mencari resolusi atas trauma yang dialami.
Psikolog nantinya menawarkan beberapa metode untuk membantu pasien menuju penyembuhan. Supaya pasien kembali menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik seperti dulu.
Adapun metode trauma healing yang ditawarkan itu bervariasi. Di antaranya, perilaku kognitif, hypnosis, serta terapi yang melibatkan orang lain dengan kondisi serupa.
Berbagai metode tersebut tentunya mesti disesuaikan dengan preferensi pasien. Sebab, tak semua metode langsung ampuh menyembuhkan trauma dengan baik.