bakabar.com, JAKARTA - Lafran Pane, sosok pendiri Himpunan Mahasiswa Islam di tahun 1947. Ia juga seorang guru besar yang namanya tercatat sebagai Pahlawan Nasional di tahun 2017.
Tak hanya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia, film biopik tentang Lafran Pane akan segera tayang di layar bioskop pada 5 Februari 2024 mendatang.
Lafran Pane lahir di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada 5 Februari 1922, meski sebelumnya ia menyatakan lahir pada 12 April 1923. Bertujuan membuat HMI tidak identik dengan dirinya dan terlepas dari bayang-bayangnya.
Ia lahir sebagai bungsu dari enam bersaudara, dan terlahir di keluarga terpandang di tanah kelahirannya. Ayahnya adalah Sutan Pangubaraan Pane, seorang dengan gelar sutan yang turut aktif dalam pergerakan kebangsaan penentang Belanda di Sumatera Utara.
Keluarganya banyak yang menjadi seorang sastrawan dan seniman yang menulis novel, seperti dua kakak kandungnya, Sanusi Pane dan Armijn Pane, yang terkenal sebagai sastrawan dan seniman.
Baca Juga: Film Lafran, Kisah Pendiri dan Pejuang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
Masa kecilnya banyak dihabiskan dengan berpindah-pindah sekolah, bahkan sempat mengalami putus sekolah dan hidup terlunta-lunta hingga berjualan es lilin.
Tak hanya itu, Lafran juga pernah merasakan dinginnya sel tahanan kepolisian hingga vonis hukuman mati untuknya, disebabkan memberontak terhadap Nippon di Sumatera Utara.
Untungnya, kebenaran kasus terkuak dan berkat pengaruh sang ayah, Lafran dibebaskan dari jerat vonis tersebut.
Dan memulai hijrah ke Jakarta untuk bekerja di Kantor Statistik Jakarta, hingga menjadi pimpinan umum di Aphotek Bavosta di tahun 1945.
Pada 1945, pada masa agresi militer Belanda, ibu kota berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dan membuat Sekolah Tinggi Islam (STI) ikut berpindah ke Yogyakarta.
Pada 10 April 194, Lafran yang juga seorang mahasiswa baru di STI turut pindah ke Yogyakarta. Di sinilah terbentuknya Himpunan Mahasiswa Indonesia dimulai.
Mendirikan HMI
Lafran mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam sebagai aktualitasi dari pandangannya mengenai Islam dan Indonesia. Menurutnya, Islam berisi peraturan dan tuntunan bagi segala aspek kehidupan.
Pada 5 Februari 1947, bersama dengan 13 mahasiswa lainnya, Lafran mengadakan sebuah rapat di Gedung Sekolah Tinggi Islam (STI-sekarang UII) untuk memutuskan berdirinya sebuah Himpunan Mahasiswa Islam pertama kali.
Dalam membentuk himpunan ini, Lafran turut melewati pergolakan pemikiran panjang. Meski begitu, HMI pun tercetus sebagai pertahanan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat, dan menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.
Hingga melalui rapat tersebut, Lafran dipercayai sebagai Ketua Umum pertama HMI. Tapi pada 22 Agustus 1947, ia memutuskan mundur, dan menjadi Wakil Ketua.
Hingga saat ini, HMI sendiri telah tersebar di seluruh Indonesia, bahkan beberapa negara seperti Malaysia, Maroko dan Tiongkok.
Gelar Pahlawan Nasional Tersemat pada Dirinya
Drs. Lafran Pane menjadi salah satu mahasiswa yang mencapai gelar sarjana pada 26 Januari 1953. Dan menjadi salah satu sarjana ilmu politik pertama di Indonesia.
Pada 6 November 2017, di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Nama Lafran Pane diberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Hal tersebut berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017 tanggal 6 November 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Bukan tanpa alasan, Prof. Drs. Lafran Pane dirasa pantas mendapatkan gelar tersebut atas perannya menggerakkan kaum pemuda pada masa kemerdekaan. Dan mendirikan organisasi HMI.
Lafran Pane meninggal dunia pada 25 Januari 1991, diusianya ke-68 tahun di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.