bakabar.com, JAKARTA – Otoritas Energi China mendesak perusahaan jaringan listrik untuk memaksimalkan pembelian listrik dari proyek energi terbarukan, untuk mengurangi dampak pemadaman listrik di negara itu.
Melansir Reuters, Rabu (20/10/2021), otoritas energi setempat telah meminta agar perusahaan jaringan listrik harus memprioritaskan energi terbarukan di antara sumber-sumber lain untuk menambah pasokan energinya.
Seperti diketahui, krisis energi telah menerjang negara Tirai Bambu sampai saat ini. Pemicunya tak lain karena kombinasi kurangnya pasokan batu bara di tengah lonjakan permintaan energi, melonjaknya harga batu bara, ditambah lagi dengan bencana banjir yang menghantam pusat produksi batu bara utama di China, Provinsi Shanxi, baru-baru ini.
Hujan lebat yang menghantam, memaksa 60 perusahaan tambang batu bara di provinsi tersebut tutup. Hal ini mengakibatkan seperempat dari produksi emas hitam yang dihasilkan harus terhenti. Sekitar 1.900 bangunan hancur dan 1,75 juta warga terkena dampaknya.
Padahal, batu bara adalah sumber energi utama di China, baik untuk pemanas, pembangkit listrik maupun pembuat baja. Tahun lalu, batubara mendominasi total penggunaan energi China, hingga 60%.
Ini diyakini membuat listrik warga makin sulit di tengah musim dingin yang mulai melanda. Setidaknya krisis energi di China sudah melebar ke 20 provinsi dalam beberapa pekan terakhir dan menyebabkan penjatahan listrik oleh pemerintah baik ke konsumen rumah tangga ataupun industri.
Harga batu bara berjangka, terutama yang menghasilkan listrik juga mengakibatkan lompat ke level tertinggi di sepanjang masa. Harganya naik dua kali lipat sepanjang tahun ini atau naik sekira 12% menjadi 1.408 yuan (US$ 219) per metrik ton.