Bisnis

Konflik Iran Vs Israel Memanas, Sri Mulyani hingga Airlangga Rapat Darurat

Memanasnya konflik Iran versus Israel bakal memberikan pukulan telak ke perekonomian dunia, termasuk bisa berdampak ke Indonesia.

Featured-Image
KONFLIK Iran versus Israel.(Foto: indonesiainside.id/Ilustrasi)

bakabar.com, JAKARTA – Memanasnya konflik Iran versus Israel disebut-sebut bisa memicu eskalasi yang besar, bahkan berujung perang besar. Tentu saja konflik ini bakal memberikan pukulan telak ke perekonomian dunia, termasuk bisa berdampak ke Indonesia.

Dua menteri ekonomi kabinet Indonesia Maju pun sampai melakukan rapat darurat untuk merespons dampak dari insiden bersenjata ini.

Pertama, ada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang langsung memanggil anak buahnya untuk melakukan rapat 'darurat' pada Minggu (14/4/2024) lalu. Rapat membahas soal perkembangan situasi ekonomi dan keuangan global karena ada tensi geopolitik yang memanas.

Momen itu dibagikan Sri Mulyani lewat akun Instagram resmi @smindrawati. Kondisi geopolitik yang memanas ini dinilai bisa mempengaruhi berbagai indikator perekonomian di Indonesia dan perlu diwaspadai.

"Minggu malam ini rapat bersama Wamenkeu @suahasil dan para eselon satu terkait. Perkembangan situasi ekonomi dan keuangan global dan tensi geopolitik yang sangat tinggi bergerak cepat dan dinamis. Kondisi ini mempengaruhi berbagai indikator ekonomi yang perlu diantisipasi dan diwaspadai," beber Sri Mulyani pada unggahannya yang dikutip dari detikFinance, Selasa (16/4/2024).

Meski begitu, Sri Mulyani menegaskan pemerintah akan menjadikan APBN sebagai instrumen yang penting dalam menghadapi gejolak dan dinamika global.

Selain pembahasan soal panasnya kondisi geopolitik dunia, Sri Mulyani juga membahas beberapa persiapan pertemuan G20 dan Spring Meeting IMF-World Bank.

Airlangga Gelar Rapat Darurat

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto ikut membuat rapat darurat dengan anak buahnya membahas soal dampak memanasnya kondisi geopolitik usai Iran melakukan serangan ke Israel.

Airlangga menyelenggarakan rapat terbatas dengan seluruh unsur Kedeputian pada Kemenko Bidang Perekonomian dengan sejumlah Duta Besar, pada Senin 15 April 2024.

Dia menyoroti beberapa hal dalam rapat tersebut, salah satu yang utama adalah dampak pada pasar keuangan yang akan mulai kembali aktif melakukan perdagangan usai libur lebaran, Selasa 16 April 2024.

Dia mengatakan langkah-langkah antisipatif harus disiapkan untuk menjaga kepercayaan pasar.

"Rambatan dampak (eskalasi konflik) kepada pasar finansial Indonesia baru akan terlihat saat pembukaan pasar besok pagi," ungkap Airlangga dalam keterangannya.

Airlangga juga menyoroti dampak potensi semakin meningkatnya harga komoditas terutama minyak bumi akibat terganggunya pasokan. Selain itu ada juga potensi kenaikan harga emas sebagai aset safe haven, dan rambatan ke sektor lainnya.

Dia melanjutkan konflik antara Iran dan Israel diprediksi juga akan menimbulkan gangguan pada rantai pasok logistik melalui Terusan Suez, ini akan berdampak langsung setidaknya pada kenaikan biaya kargo. Produk yang terganggu antara lain gandum, minyak, dan komponen alat-alat produksi dari Eropa.

Secara fundamental, Airlangga sendiri percaya diri perekonomian Indonesia relatif masih cukup kuat, Pertumbuhan ekonomi masih terjaga di atas 5% dengan inflasi yang terkendali.

Sampai dengan Februari 2024, neraca perdagangan Indonesia juga masih mengalami surplus, dan menopang Cadangan Devisa yang pada posisi terakhir di Maret 2024 tercatat masih kuat.

Pembahasan sejumlah respons kebijakan dalam rapat tersebut diantaranya terkait dengan respons dampak konflik di tingkat regional dan global, kinerja sektor perbankan dan pasar modal, pengendalian inflasi, serta rencana koordinasi bauran kebijakan fiskal dan moneter dengan otoritas terkait untuk strategi pengendalian nilai tukar dan pengelolaan defisit anggaran ke depan.

"Kita harapkan para pelaku pasar untuk tetap tenang dan tidak mengambil langkah spekulatif. Pemerintah akan terus mencermati perkembangan global dan regional yang ada serta akan mengambil langkah-langkah yang kuat dan fokus dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Respons kebijakan yang terukur dari Pemerintah kita harapkan akan mampu memitigasi dengan baik dampak eskalasi konflik global saat ini," pungkas Airlangga.(*)


Editor
Komentar
Banner
Banner