bakabar.com, JAKARTA – Koalisi Kebangsaan bila jadi terbentuk dengan anggota koalisi Partai Gerindra, Golkar, PKB, PAN, dan PPP disebut-sebut sebagai tandingan bagi Koalisi Perubahan yang mengusung Anies Baswedan.
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin menyatakan koalisi partai politik (parpol) besar tersebut dibangung untuk melawan koalisi yang telah ada, yaitu Koalisi Perubahan. Menurutnya, koalisi ini juga dibangun untuk melawan parpol yang belum menentukan arah dukungannya, yaitu PDI Perjuangan (PDI-P).
“Koalisi besar ini dibangun untuk melawan Anies Baswedan, sekaligus juga melawan PDI-P,” ujar Ujang kepada bakabar.com, Minggu (9/4).
Baca Juga: Zulhas Sebut Jokowi Sebagai Pemimpin Orkestra Koalisi Kebangsaan
Ujang menjelaskan partai pendukung Jokowi pun kini terlihat mulai ‘terbelah’. Hal itu terlihat dari absennya PDI-P dalam koalisi manapun. Ia menilai PDI-P memiliki kemungkinan sedang membuat arah politik sendiri di 2024.
“Misalkan lihat saja, partai koalisi Jokowi, itu kan ada 7 partai ya, tetapi yang akan membentuk koalisi itu kan ada 5, lalu PDI-P tidak. Bisa jadi membuat aliansi atau poros sendiri,” ungkapnya.
“Nasdem pun tidak, lebih memilih bergabung dengan PKS dan Demokrat,” imbuhnya.
Baca Juga: Ingin Matangkan Koalisi Kebangsaan, Zulhas: Jangan Baper dalam Berpolitik
Lebih lanjut, Ujang menyebut Koalisi Kebangsaan ini dapat menjadi dua indikasi, yaitu melanjutkan perjuangan Presiden Jokowi, dan atau mengalahkan koalisi yang mengusung Anies Baswedan.
Terbelahnya parpol pendukung Jokowi itu disebutnya sebagai hal yang biasa dalam dunia politik. Karena menurutnya tidak ada lawan dan kawan abadi dalam dunia politik.
“Yang pertama ini Koalisi ini dibentuk terkait dengan koalisi melanjutkan kebijakan Jokowi. Yang kedua, terkait koalisi besar itu biasanya tadi sebagai lawan tanding Koalisi Perubahan yang mengusung Anies, termasuk juga ingin mengalahkan PDI-P,” pungkasnya.