Regional

Kisah Para Warga yang Menunggu Renovasi 'Jembatan Seribu Janji' Ngembik Magelang

arga Desa Rejosari dan Ngembik menunggu janji pembangunan jembatan gantung Ngembik yang bertahun-tahun tak kunjung terlaksana.

Featured-Image
Motor warga yang melintas di Jembatan Ngembik Magelang (Foto: apahabar.com/arimbihp)

bakabar.com, MAGELANG - Warga Desa Rejosari dan Ngembik menunggu janji pembangunan jembatan gantung Ngembik yang bertahun-tahun tak kunjung terlaksana.

"Kalau rencana pembangunannya sudah terdengar sejak lama, 10 tahun ada, tetapi sampai hari ini belum diperbaiki sampai dijuluki 'Jembatan Seribu Janji'," kata salah seorang warga Rejosari, Santi Sastra (39), Senin (8/5).

Santi yang setiap hari perlu melewati jembatan gantung Ngembik untuk bekerja ke Kota Magelang itu mengaku was-was setiap kali melintas.

Baca Juga: Ditinjau Langsung Ganjar Pranowo, Jembatan Gantung Ngembik Magelang Bakal Direnovasi

Ia mengaku sesungguhnya bisa tidak melewati jembatan tersebut. Namun dengan mengambil jalur memutar dengan selisih perjalanan mencapai 20 menit dan jarak kurang lebih 3 km.

Oleh karenanya, ibu dua orang anak yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang itu tidak memiliki pilihan lain kecuali melewati jembatan gantung Ngembik.

"Membayar Rp 2.000 sekali lewat, selalu naik motor untuk arah ke kota, biasanya sendiri, kalau boncengan pernah tetapi agak takut," katanya.

Baca Juga: Warga Bentangkan Protes 'Save Wadas' Saat Ganjar Kunjungi Magelang

Terlebih, menurut Santi, di pagi hari sekitar pukul 06.00 hingga 07.30 WIB, jembatan tersebut selalu ramai para siswa berangkat sekolah dan pekerja yang melaju.

Tingginya mobilitas masyarakat yang melintasi jembatan tersebut membuat jembatan tersebut bergoyang. Kondisi tersebut dirasakan meski pengendara yang melintasi secara bergantian.

Ia mengaku, belum pernah melihat jembatan tersebut diperbaiki maupun diubah bentuknya sejak mengenalnya.

"Menggunakan jembatan ini sejak kecil ya, lupa tahunnya, sejak sekolah sampai sekarang punya anak dua," kata Santi.

Pantoko, anak pendiri jembatan Ngembik saat berdiskusi dengan Ganjar (Apahabar.com/arimbihp)
Pantoko, anak pendiri jembatan Ngembik saat berdiskusi dengan Ganjar (Apahabar.com/arimbihp)

Hal senada juga disampaikan seorang pelajar, Sunny Susanti (12) yang setiap hari menggunakan jembatan tersebut untuk berangkat ke sekolah. Setiap pagi ia mengaku diantar ayahnya. Adapun saat pulang sekolah ia juga tetap melewati jembatan tersebut dengan jalan kaki.

Sunny yang bersekolah di SMPN 1 Magelang itu mengatakan saat melintas, ia dikenakan biaya Rp 1.000 lantaran berstatus pelajar.

"Pagi hari ramai banyak yang berangkat sekolah juga, jadi tidak berani kalau jalan kaki," kata Sunny.

Baca Juga: Ganjar Safari ke Surabaya dan Jember, Pakar: Bagian dari Strategi Politik

Saat pulang sekolah pukul 13.00 WIB, ia biasanya berjalan bersama kedua temannya yang rumahnya juga di Desa Rejosari, Kabupaten Magelang.

"Harapannya, kalau Pak Ganjar menengok, jembatan ini benar-benar dibangun agar bisa membantu kami para siswa dan warga yang setiap hari melintas," tuturnya.

HALAMAN
12
Editor


Komentar
Banner
Banner