bakabar.com, BANJARMASIN - Proyek revitalisasi Sungai Veteran, Kota Banjarmasin kembali menuai kritik tajam.
Dalam diskusi publik bertajuk “Revitalisasi Sungai Veteran: Solusi Lingkungan Hidup atau Ancaman Sosial?” yang digelar oleh Koalisi Ruang Hidup Banjarmasin.
Suara warga dan aktivis lingkungan menyatu: proyek ini dinilai lebih bersifat kosmetik daripada solusi ekologis.
Diskusi yang berlangsung hangat ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni pengamat hukum lingkungan M. Aidhil Pratama dan aktivis sosial Abdullah Zaky Zuhair.
Keduanya sepakat bahwa proyek tersebut cenderung memperindah tampilan kota tanpa menyentuh akar persoalan lingkungan dan sosial.
“Kita tidak menolak perbaikan sungai, tapi revitalisasi yang dilakukan hari ini justru mengorbankan masyarakat pinggiran dan memperparah degradasi ekologis. Ini bukan perbaikan, tapi penggusuran yang dibungkus dengan narasi estetika kota," ujarnya.
Menurutnya, pembangunan dilakukan terburu-buru, minim konsultasi publik, dan sangat lemah dalam aspek partisipasi warga. Betonisasi bantaran sungai, penggusuran pedagang kaki lima, dan pembatasan aktivitas ekonomi dinilai sebagai bentuk pemiskinan sistematis.
Pernyataan keras juga disampaikan Abdul Rasyid, Koordinator Diskusi dan perwakilan Koalisi Ruang Hidup.
"Ini bukan revitalisasi, ini penggusuran terselubung. Pemerintah gagal memahami makna ruang hidup yang adil,” ujarnya lantang.
Ia menyoroti bagaimana warga terdampak baru mengetahui proyek ini saat alat berat mulai bekerja. Tidak ada forum warga. Tidak ada konsultasi terbuka. Banyak warga kehilangan akses ke sungai, bahkan kehilangan ruang hidupnya.
“Pemerintah bicara ‘ruang hijau’, tapi justru membeton semua. Mereka bicara ‘solusi lingkungan’, tapi malah menghilangkan vegetasi alami dan menutup akses warga ke air. Ini proyek yang manipulatif,” kata Rasyid.
Koalisi juga menyoroti bahwa proyek justru mempersempit badan sungai yang berpotensi meningkatkan risiko banjir dan memperburuk sistem drainase kota. Alih-alih memperbaiki ekosistem, proyek ini dituding justru mengganggu keseimbangan aliran air dan pengelolaan limbah rumah tangga.
Sebagai penutup, Rasyid menyuarakan tuntutan tegas: “Kami akan terus menyuarakan penolakan dan mendesak pemerintah kota menghentikan proyek ini sampai ada evaluasi menyeluruh yang melibatkan warga secara langsung," pungkasnya.