Tokoh Sejarah

Kisah Haji Samanhudi, Saudagar Batik dari Solo yang Mendirikan Sarekat Islam

Samanhudi,  sosok pendiri Sarekat Islam (SI) yang berasal dari Kampung Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah itu namanya begitu kondang.

Featured-Image
Potret lukisan asli wajah Haji Samanhudi dan istrinya, Minggu 3 Maret 2023 di Laweyan (Foto: apahabar.com/Arimbi)

Pecahnya SI Merah dan Putih

Pras menuturkan, pada 1919 di masa pimpinan Tjokroaminoto, sebagian anggota SI yang berpandangan lebih radikal mulai mengkritik sikap dan pandangan pimpinannya dan pengurus organisasi lantaran dinilailembek pada pemerintah kolonial.

Sementara itu, di sisi lain pemerintah kolonial yang mulai khawatir akan pengaruh besar Sarekat Islam mulai mengawasi pergerakan tokohnya.

Bahkan, menurut dia, keretakan SI sempat membuat kerusuhan di Cimamere Garut, Jawa Barat dan melibatkan tentara aktivis SI diseret dan dipenjara.

Baca Juga: Seulas Cerita Water Toren, dari Wabah Hingga Jadi Sumber Air Kota Magelang

Ketika Tjokroaminoto dipenjara, pertentangan pendapat di Sarekat Islam antara kubu radikal atau merah yang dimotori Semaoen dengan kubu putih yang dipimpin Agus Salim kian memanas.

"Semaoen waktu kejadian itu menjadi Ketua SI Cabang Semarang dan beberapa anggota SI lain juga menjadi anggota Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) cikal bakal terbentunya Partai Komunis Indonesia (PKI)," jelasnya.

Adapun masuknya ideologi lain dalam tubuh SI disusupi oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan ISDV pada 1914.

Pemerintah kolonial pada masa itu memakai taktik infiltrasi yang dikenali sebagai "Blok di dalam", yang sebelumnya gagal untuk memasuki SI karena memiliki dasar dan akar dari Eropa.

Baca Juga: Mengupas Sejarah Soreng, Tentang Arya Penangsang dan Dendamnya pada Hadiwijaya

Melalui berbagai propaganda, akhirnya ISDV sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh sebab dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan metode yang berlainan.

Namun, saat digelar kongres nasional SI di Surabaya Agus Salim dan Abdul Muis berhasil meyakinkan sebagian besar peserta kongres untuk menjalankan disiplin organisasi bagi pengurus dan anggota SI yang merangkap keanggotaan di organisasi lain.

Foto asli akibat Agresi Militer Belanda II di Laweyan (Dok.Apahabar.com/Arimbi dari data Alpha Fabella)
Foto asli akibat Agresi Militer Belanda II di Laweyan (Foto: bakabar.com/Arimbi dari data Alpha Fabella)

Saat SI mengalami pasang surut kepemimpinan Tjokroaminoto bahkan sempat menjadi perhimpunan rakyat terbesar di Hindia (Indonesia), Samanhudi yang hampir "disingkirkan" oleh organisasi yang ia dirikan justru menyepi dari hingar-bingar politik tanah air.

Ia memilih kembali menjalani usaha dagang batik sekaligus syiarnya di Kampung Laweyan, kendati masih tercatat sebagai anggota SI.

"Samanhudi memutuskan benar-benar berhenti dari kancah politik sejak 1920 dengan alasan kesehatan," jelas Prass.

HALAMAN
123
Editor


Komentar
Banner
Banner