Samanhudi Tidak Benar-benar Mundur
Meski mengurangi kegiatan di SI, Samanhudi tiba-tiba muncul lagi setelah Indonesia merdeka dengan membentuk Barisan Pemberontak Indonesia cabang Solo dan Gerakan Persatuan Pancasila.
Sosok yang bernama asli Sudarni Nadi itu juga menyediakan cadangan logistik dan menggelar dapur umum bagi para pejuang yang tengah berjuang.
"Melalui sisi ekonomi yang bernafas Islam, Samanhudi terus mengawal kemerdekaan dari ambisi Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia," kata Prass.
Baca Juga: Kompleks Pemakaman Gunungpring Magelang Ramai Dipadati Peziarah
Samanhudi bahkan juga membentuk Gerakan Kesatuan Alap-Alap untuk melawan Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948 di Yogyakarta, kota RI kala itu.
"Gerakan bentukan Samanhudi sangat berpengaruh lantaran Agresi Militer Belanda II memerlukan banyak tenaga dan berdampak sampai ke kota-kota lain di sekitarnya, termasuk Surakarta," imbuhnya.
Sepak terjang Samanhudi di usia senjanya untuk kemerdekaan Indonesia membuat Presiden Sukarno terkesan sehingga memberikan penghargaan berupa sebuah rumah di Laweyan.
Rumah pemberian Bung Karno itu kemudian ditinggali oleh keturunan Samanhudi dan kini dijadikan sebagai museum.
"Haji Samanhudi sudah melewati pasang surut pada setiap masa dengan segala dinamika kehidupannya di ranah politik, ekonomi dan syiar pergerakan hingga pasca-kemerdekaan RI," kata Pras.
Hingga akhir hayatnya pada 28 Desember 1956, Samanhudi mengembuskan napas penghabisan dalam usia 88 akibat sakit.
Atas segala jasa dan peran Samanhudi, pada 1961, Presiden Sukarno atas nama pemerintah RI menetapkan Haji Samanhudi sebagai pahlawan nasional.