Religi

Khutbah Terakhir Rasulullah, Sahabat Pun Menangis

apahabar.com, JAKARTA – Ketika tahun ke-10 sejak hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah atau dua…

Featured-Image
Ilustrasi Padang Arafah. Foto-Istimewa

bakabar.com, JAKARTA - Ketika tahun ke-10 sejak hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah atau dua tahun setelah Fathu Makkah, kaum Muslimin bergerak menuju Padang Arafah. Nabi dan kaumnya kemudian tiba di Namirah, desa sebelah timur Arafah.

Dalam buku 'Sejarah Hidup Muhammad' karya Muhammad Husain Haekal dijelaskan, di desa itu telah dipasang sebuah kemah Nabi atas permintaannya. Saat matahari sudah tergelincir, Nabi berangkat lagi ke bilangan Urana.

Di tempat itulah manusia dipanggilnya. Saat berada di atas unta, kemudian nabi menyampaikan khutbah terakhirnya dengan suara lantang yang oleh Husain Haikat disebut sebagai khutbah Arafah. Setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Allah dengan berhenti pada setiap anak kalimat Rasulullah berkata:

"Wahai manusia sekalian! perhatikanlah kata-kataku ini! Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi aku akan bertemu dengan kamu sekalian”

"Saudara-saudara! Bahwasanya darah kamu dan harta-benda kamu sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan. Dan pasti kamu akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggung-jawaban atas segala perbuatanmu. Ya, aku sudah menyampaikan ini!”

Barangsiapa telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya”

"Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Janganlah kamu berbuat aniaya terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah telah menentukan bahwa tidak boleh lagi ada riba dan bahwa riba Abbas bin Abdul-Muttalib semua sudah tidak berlaku”

"Bahwa semua tuntutan darah selama masa jahiliah tidak berlaku lagi, dan bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah darah Ibn Rabi'a bin'l Harith bin 'Abdul Muttalib!”

"Kemudian daripada itu saudara-saudara. Hari ini nafsu setan yang minta disembah di negeri ini sudah putus buat selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan dia walau pun dalam hal yang kamu anggap kecil, yang berarti merendahkan segala amal perbuatanmu, niscaya akan senanglah dia. Oleh karena itu peliharalah agamamu ini baik-baik”

"Saudara-saudara. Menunda-nunda berlakunya larangan bulan suci berarti memperbesar kekufuran. Dengan itu orang-orang kafir itu tersesat. Pada satu tahun mereka langgar dan pada tahun lain mereka sucikan, untuk disesuaikan dengan jumlah yang sudah disucikan Tuhan. Kemudian mereka menghalalkan apa yang sudah diharamkan Allah dan mengharamkan mana yang sudah dihalalkan”

"Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi ini. Jumlah bilangan bulan menurut Tuhan ada duabelas bulan, empat bulan di antaranya ialah bulan suci, tiga bulan berturut-turut dan bulan Rajab itu antara bulan Jumadil Akhir dan Sya'ban”

"Kemudian daripada itu, saudara-saudara. Sebagaimana kamu mempunyai hak atas istri kamu, juga isterimu sama mempunyai hak atas kamu. Hak kamu atas mereka ialah untuk tidak mengijinkan orang yang tidak kamu sukai menginjakkan kaki ke atas lantaimu, dan jangan sampai mereka secara jelas membawa perbuatan keji. Kalau sampai mereka melakukan semua itu Tuhan mengijinkan kamu berpisah tempat tidur dengan mereka dan boleh memukul mereka dengan suatu pukulan yang tidak sampai mengganggu.

Bila mereka sudah tidak lagi melakukan itu, maka kewajiban kamulah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan sopan-santun. Berlaku baiklah terhadap istri kamu, mereka itu kawan-kawan yang membantumu, mereka tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka. Kamu mengambil mereka sebagai amanat Tuhan, dan kehormatan mereka dihalalkan buat kamu dengan nama Tuhan.

"Perhatikanlah kata-kataku ini, saudara-saudara. Aku sudah menyampaikan ini. Ada masalah yang sudah jelas kutinggalkan ditangan kamu, yang jika kamu pegang teguh, kamu takkan sesat selama-lamanya; Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.

"Wahai Manusia sekalian! Dengarkan kata-kataku ini dan perhatikan! Kamu akan mengerti, bahwa setiap Muslim adalah saudara buat Muslim yang lain, dan kaum

Muslimin semua bersaudara. Tetapi seseorang tidak dibenarkan (mengambil sesuatu) dari saudaranya, kecuali jika dengan senang hati diberikan kepadanya. Janganlah kamu menganiaya diri sendiri.

"Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?"

Sementara Nabi mengucapkan itu Rabiah mengulanginya kalimat demi kalimat, sambil meminta kepada orang banyak itu menjaganya dengan penuh kesadaran. Nabi juga menugaskan dia supaya menanyai mereka misalnya:

Rasulullah bertanya "Hari apakah ini?" Mereka menjawab: Hari Haji Akbar!

Nabi berkata lagi: "Katakan kepada mereka, bahwa darah dan harta kamu oleh Tuhan disucikan, seperti hari ini yang suci, sampai datang masanya kamu sekalian bertemu Tuhan."

Setelah sampai pada penutup kata-katanya itu Nabi berkata lagi: "Ya Allah! Sudahkah kusampaikan?!" Maka serentak dari segenap penjuru orang menjawab: "Ya!"
Lalu Nabi berkata: "Ya Allah, saksikanlah ini!"

Selesai Nabi menyampaikan khutbah terakhirnya itu, Nabi turun dari untanya yang bernama al-Qashwa. Nabi masih berada di tempat itu sampai pada waktu shalat Dzhuhur dan Ashar. Kemudian menaiki kembali untanya menuju Shakharat.

Pada waktu itulah Nabi membacakan firman Allah kepada kaumnya, yaitu surat al-Maidah ayat 3. Saat mendengarkan ayat itu, Abu Bakar menangis dan dia merasa bahwa risalah Nabi sudah selesai dan sudah dekat pula saatnya Nabi hendak menghadap Tuhan. (Rep)

Editor: Syarif



Komentar
Banner
Banner