Mengulik Big Mac Index di Indonesia
Contoh harga Burger Big Mac di Indonesia dijual dengan harga rata-rata sekitar Rp35.000 sehingga jika dikonversi ke US dollar, di mana nilai 1 USD masih sekitar Rp14.700 maka akan muncul angka 2.38 USD.
Sedangkan di Amerika harga rata-rata Big Mac sekitar 5.81 USD, sehingga nanti akan keluar angka 41%. Artinya harga harga Burger Big Mac di Indonesia lebih murah sekitar 41 persen dibandingkan di Amerika. Artinya jika kita membawa uang Rp35.000, kita belum bisa membeli satu Burger Big Mac di Amerika.
Jadi seperti itulah kurang lebihnya bagaimana Big Mac Index menjadi panduan sederhana untuk bisa menjadi alat ukur mengetahui kondisi daya beli dan sirkulasi ekonomi di suatu negara. Namun sekali lagi konsep ekonomi ini bukan tanpa kekurangan, karena banyak aspek yang tidak dimasukan ke dalam perhitungannya.
Burger Tidak Menggambarkan Ekonomi secara Menyeluruh
Di banyak negara, makan di restoran cepat saji internasional seperti di restoran Mc Donald’s adalah relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan makan di restoran lokal, dan permintaan untuk Big Mac di negara seperti India tidaklah sebesar di negara seperti di Amerika.
Adanya status sosial karena makan di restoran cepat saji seperti McDonald’s, pajak-pajak lokal, tingkat persaingan, dan bea masuk pada produk-produk tertentu menyebabkan indeks ini tidak dapat menggambarkan ekonomi suatu negara secara keseluruhan.
Di samping itu, tidak ada alasan teoretis mengapa barang dan jasa yang tidak dapat diperdagangkan, seperti biaya properti, harus sama di negara yang berbeda: ini adalah alasan teoretis PPP menjadi berbeda dari nilai tukar pasar seiring dengan berjalannya waktu.
Kendati demikian, setidaknya sampai sekarang Big Mac Index masih bisa diterima sebagai alat ukur paritas daya beli yang sederhana dan legit. (Thomas)