Lebaran 2023

Ketika Janda dan Duda di Jember Tak Canggung Silaturahmi Saat Idulfitri

Budaya silaturahmi yang dilakukan dengan mengunjungi tetangga terdekat saat Lebaran jamak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.

Featured-Image
Momentum satu rombongan Laki laki silaturahmi dari rumah ke rumah saat Idul Fitri di Dusun Darungan, Desa Sruni, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember, Sabtu (22/4). (apahabar.com/Mohamad Ulil Albab)

bakabar.com, JAKARTA - Budaya silaturahmi yang dilakukan dengan mengunjungi tetangga terdekat saat Lebaran jamak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Kunjungan ke tetangga itu biasanya dilakukan pada hari pertama Idulfitri.

Namun bagi masyarakat Dusun Darungan, Desa Sruni, Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember kegiatan silaturahmi di hari pertama justru dilakukan dalam satu rombongan besar. Kegiatan silahturahmi oleh keluarga per keluarga tidak berlaku di dusun tersebut.

Pagi hari selepas salat Idulfitri, sejumlah pria dari usia remaja hingga dewasa segera berkumpul di satu titik. Mereka adalah pria yang sudah berkeluarga, lajang atau pun duda. Dari situ mereka akan berkeliling ke rumah warga untuk menjalin silahturahmi.

Begitu pula dengan kelompok perempuan. Semua berkumpul di tempat terpisah setelah saling bersalaman dengan kelompok laki laki. Dengan tradisi itu, warga yang belum menikah, termasuk duda maupun janda akan merasa lebih percaya diri. Mereka akan bebas dari nuansa penghakiman di momen Lebaran.

Baca Juga: Kebakaran Rumah di Tegal Besar Jember, Satu Lansia Terjebak, Petugas Damkar Terluka

"Dari dulu memang seperti ini. Akhirnya yang belum punya pasangan, janda atau duda pun tidak canggung untuk silaturahmi keliling," ujar Muhammad Imron, Ketua RT 7 RW 7, Dusun Darungan kepada bakabar.com Sabtu (22/4).

"Buat yang sudah tua, jaga rumah, tidak ikut keliling. Yang merasa masih muda jalan keliling silaturahmi," imbuhnya.

Setelah berkumpul, masing masing rombongan, baik pria maupun wanita akan jalan berkeliling dusun dengan tujuan yang sama, yakni rumah warga. Bedanya, mereka melakukannya secara bergantian. 

Dari pantauan bakabar.com, jumlah rombongan, baik laki laki maupun perempuan akan terus bertambah saat aktivitas berkeliling dilakukan. Jumlah yang awalnya 5 hingga 10 orang akan bertambah menjadi 20-an orang per rombongan.

Baca Juga: DPRD Cecar Bupati Jember hingga Sahur, Bongkar Kegagalan Pemerintah

"Jadinya ya terus jalan, yang penting bertamu ke tuan rumah, salaman langsung pamit keluar, karena tempat duduknya tidak akan cukup," terang Imron.

Rombongan baru akan dipersilahkan duduk, baik di dalam maupun di teras rumah, hanya ketika berada di rumah seseorang yang ditokohkan. "Kalau di rumah ustad atau kiai kita tetap duduk meski berdesakan, untuk minta doa," ujarnya.

Senada, salah seorang pemuda Darungan, Samsul Hadi (30) mengaku nyaman dengan cara bersilaturahmi dengan model begitu. "Soalnya lebih bebas, mau merokok juga lebih leluasa karena anak kecil bareng kelompok perempuan," ujarnya.

Model rombongan besar juga membuat pertemuan antar-masyarakat menjadi lebih akrab karena saling mengenal. Biasanya, sejak pukul 8 hingga 9 pagi, masing-masing rombongan sudah berkunjung ke 30 rumah. 

Baca Juga: Dua Desa di Jember Terendam Banjir

"Baru hari kedua Idulfitri, silaturahmi bareng keluarganya sendiri-sendiri ke rumah saudara yang lebih jauh," katanya.

Samsul mengungkapkan model silaturahmi kelompok laki laki dan perempuan seperti itu, hanya ditemukan di dusunnya. Ini menjadi pembeda tradisi mereka dengan dusun-dusun lain di sekitarnya.

"Di dusun sebelah gak gini, ngelencer di hari pertama yang sudah sama kelompok keluarganya sendiri-sendiri," ujarnya.

Baca Juga: Seluruh Awak KAI Daop 9 Jember Dinyatakan Negatif Narkoba!

Lewat model silahturahmi ini, pertanyaan yang seringkali ditakutkan, seperti kapan menikah, sedang kerja di mana dan lain sebagainya, cenderung jarang muncul. Itu karena yang hadir pesertanya dalam jumlah banyak, sehingga yang diperbincangkan adalah hal-hal yang bersifat umum atau pun topik-topik yang menyita perhatian warga. 

"Ya kalaupun ada pertanyaan kayak gitu tentu lebih santai, sekadar basa basi. Beda dengan ketika silaturahmi sendiri, tanggapannya pasti lebih serius," ujarnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner