bakabar.com, BANJARMASIN - Kesultanan Samudera Pasai yang dipimpin Sultan Malik as-Saleh menurut referensi sejarah sudah menyebarkan Islam jauh sebelum berdirinya Kesultanan Turki Utsmani.
Ketua Umum Lembaga Masyarakat Peduli Sejarah Aceh, Mizuar Mahdi mengatakan, Sultan Malik as Saleh adalah sultan pertama Kesultanan Samudera Pasai yang wafat tahun 1297 M. Sementara Pendiri Kesultanan Turki Utsmani, Osman I atau Osman Ghazi memulai kekuasaannya pada tahun 1299 M.
Jadi, lanjutnya, gerakan penyebaran Islam di wilayah utara Sumatra sudah lebih dulu dilakukan Kesultanan Samudera Pasai sebelum Turki Utsmani didirikan.
“Baru pada abad ke-15 pengaruh Islamisasi di Asia Tenggara berlangsung dengan sangat menakjubkan,” kata Mizuar seperti dilansir bakabar.com dari Republika.co.id, Selasa (24/12).
Ia menceritakan, pada masa Ratu Nahrasyiyah yang berkuasa sekitar tahun 1406-1428 M di Kesultanan Samudera Pasai, diduga Samudera Pasai sedang berkembang. Kemudian Sultan Zainal Abidin II atau Sultan Zainal Abidin Ra-Ubabdar yang dikenal sebagai penakluk gelombang melanjutkan kepemimpinan Ratu Nahrasyiyah.
Pada masa Sultan Zainal Abidin Ra-Ubabdar yang berkuasa sekitar tahun 1428-1438 M ini proses Islamisasi menyebar ke sejumlah pulau di kawasan Asia Tenggara. “Di masa itu daerah-daerah yang menuturkan bahasa Melayu hampir dapat dipastikan masyarakatnya memeluk agama Islam,” ujarnya.
Mizuar mengatakan, pada masa keemasan Kesultanan Samudera Pasai, banyak tokoh-tokoh Islam dan cendekiawan Muslim dari berbagai negara yang menetap dan meninggal di wilayah Samudera Pasai. Berdasarkan nama-nama tokoh Muslim yang tercatat dalam batu nisan besar kemungkinan mereka berasal dari Turki, Persia, India, Baghdad dan daerah-daerah lain di Timur Tengah.
Bahkan ditemukan makam seorang tokoh Islam dari keturunan Khalifah Abbasiyah. Besar kemungkinan tokoh-tokoh Islam dan cendekiawan Muslim dari berbagai negara yang datang ke Samudera Pasai turut memajukan Islam.
“Kemungkinan karena kemasyhuran Kesultanan Samudera Pasai pada masa itu menjadi daya tarik bagi tokoh-tokoh Muslim dari berbagai wilayah mendatanginya,” ujarnya.
Menurut Mizuar, mungkin di wilayah tempat tinggal para tokoh Islam dan cendekiawan Muslim sedang terjadi peperangan atau sedang tidak stabil. Sehingga mereka merasa Kesultanan Samudra Pasai bisa menjadi tempat hidup dan berlindung yang sangat aman untuk syiar Islam.
Kesultanan Samudera Pasai runtuh akibat terpengaruh invasi Portugis yang menginginkan menguasai kekayaan dan potensi yang dimiliki Samudera Pasai dan Selat Malaka. Kemudian berdiri Kesultanan Aceh Darussalam yang menghadang Portugis.
Aceh Darussalam juga pernah mencapai masa keemasan seperti yang telah dicapai Samudera Pasai. Aceh Darussalam maju di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan bertambah saat Aceh Darussalam menjalin hubungan yang erat dengan Kesultanan Turki Utsmani.
Baca Juga:Beruntungnya Berteman Orang Baik, Abu Darda Mengalaminya
Baca Juga:Karomah Syekh Ali Berau Nampak Saat Gantikan Syekh Jamaluddin Jadi Mufti Banjar
Editor: Muhammad Bulkini