bakabar.com, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR-RI, Adian Napitupulu menanggapi soal survey tingkat kepuasaan masyarakat kepada Presiden Joko Widodo usai pemerintah nmengumumkan kenaikan BBM pada awal bulan September kemarin.
"Kita menghargai hasil survey ketidapuasan masyarakat terhadap presiden, karena hasil tersebut menjadi protret bagaimana opini yang berkembang di kalangan masyarakat," ungkap Adian dalam diskusi publik Rilis Survei Nasional yang diselenggarakan Indikator Politik Indonesia, Minggu (18/9).
Meski begitu, Adian menegaskan jika persentase tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi masih terbilang cukup besar dibanding tingkat kepuasan di era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pria yang juga mantan aktivis itu membandingkan pernyataan Burhanuddin yang mengatakan tingkat kepuasaan terakhir Jokowi di angka 62,6% dengan pemerintahan era SBY yang saat itu berada di angka 55,8% menurut SMRC. Adapun menurut LSI sampai menyentuh angka 35,9%.
Adian menegaskan jika berdasarkan data tersebut, jika dibandingkan antara SBY dan Jokowi, tingkat kepuasaan masyarakat di akhir jabatan masih lebih Jokowi.
"Jika secara head to head masih lebih bagus Jokowi hari ini, meskipun surveinya dilakukan 2 hari usai kenaikan BBM," tegas Adian.
Selain itu, menurut politisi PDIP itu mengatakan secara total, Jokowi hanya menaikan harga BBM sebesar Rp3.500. Jumlah tersebut terlalu murah jika dibandingkan pada era SBY yang menaikan harga BBM hingga Rp 4.690 selama dua periode memimpin.
Ia juga mengakui kelemahan pemerintah yang tidak menyampaikan informasi terkait kenaikan BBM secara masif, sehingga berpengaruh terhadap hasil survey publik terhadap Jokowi.
Alumni Universitas Kristen Indonesia (UKI) itu juga menyampaikan hal-hal yang harus dilakukan pemerintah agar ke depannya agar tidak harus menaikan harga BBM yang cenderung menyebabkan naiknya bahan-bahan pokok lainnya.
Ia mengatakan jika pemerintah harus lebih sering melakukan operasi pasar secara intensif, hal tersebut untuk menghindari kenaikan harga barang-barang yang menyebabkan naiknya harga BBM.
"Barang-barang dipasar kan sering berpindah tempat, dan kepindahannya itu kan membutuhkan transportasi dimana harus mengonsumsi bahan bakar. Ketika BBM naik, mereka akan mendorong harga barang juga naik," ungkap Adian.
Setelah itu, Adian memberikan cara mengatasi problem tersebut dengan menyarankan pemerintah untuk melakukan operasi pasar sesering mungkin terhadap bahan-bahan pokok.
"Bagaimana mengontrolnya? Misalnya pertalite naik sekitar 30%, diusahakan harga sayur, telor, minyak goreng tidak naik mencapai 70% hingga 100%, makanya menteri turun ke lapangan untuk mengecek apakah harga telur sudah naik di luar dari batas kewajaran sebagai implikasi kenaikan BBM, ya dicek," tegas Adian.
Selain itu, Adian juga menyinggung soal kebijakan pemerintah yang harus lebih tegas dalam menangani kemacetan di kota-kota besar. Hal itu menurutnya juga menjadi alasan kenapa harga Minyak Bumi bisa menjadi tinggi.
"Pemerintah juga harus mengontrol kemacetan di kota-kota besar, karena hingga saat ini kendaraan yang terjebak macet lebih banyak mengkonsumsi BBM, itu harus diperhatikan negara untuk mengatur kenaikan BBM," pungkasnya.