bakabar.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengakui sejatinya partai yang ia pimpin memiliki filosofi yang sama dengan Partai Demokrat. Kedua partai tersebut pernah bersama-sama mendukung pemerintahan era SBY periode 2004 hingga 2014.
"Partai Golkar mempunyai filosofi yang sama dengan Demokrat. Partai Golkar dan Demokrat sempat bersama di tahun 2004 sampai 2014, dan tentu kebersamaan itu mempunyai sejarah yang sama-sama kita pahami bersama dan pengertian," kata Airlangga usai pertemuan di kediaman SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (29/4) petang.
Baca Juga: 16 Kali Menang di Pengadilan, AHY Optimis Mampu Tumbangkan PK Moeldoko!
Airlangga menyebut Golkar dan Demokrat sepakat jika pemilu bukan sebagai ajang the winner take it all. Sebab, siapa pun pemenangnya dipersembahkan untuk membangun Indonesia Raya.
"Kita bukan seperti di Amerika, demokrasi yang kebarat-baratan itu demokrasi yang the winner take it all. Sedangkan kita demokrasi Pancasila. Jadi siapa pun yang menang mari kita bersama-sama membangun negeri," kata Airlangga.
Airlangga mengumpakan, suasana politik di Indonesia bagaikan ajang kompetisi olahraga, dimana dibutuhkan sportifitas dan kerja sama untuk membangun sebuah tim yang kuat. Artinya perlu sinergi antar partai poltik untuk membangun Indonesia lebih baik, salah satunya Indoneisa bisa keluar dari middle trap.
Baca Juga: Airlangga Ajak Demokrat Keluarkan Indonesia dari Middle Income Trap
"Sama seperti tadi pertandingan olahraga voli misalnya. Begitu sudah ada yang juara pembentukan tim nasional bukan dari juara itu sendiri, harus dibentuk semua tim, tahun 2024 menjadi salah satu momentum krusial untuk memanfaatkan bonus demografi ini momen kita agar keluar dari middle trap" ujarnya.
Hindari Politik Identitas
Memasuki tahun politik tahun, Airlangga berharap menjadi pesta demokrasi yang menyatukan, bukan memecah belah bangsa. Memberikan nuansa yang berbahagia bagi masyarakat Indonesia, karena memiliki hak menentukan suara kemana arah Indonesia ke depan.
"Nah kita ingin politik nuansanya seperti itu. Sehingga kita betul-betul pesta politik yang berbahagia, bukan pesta politik yang membelah bangsa ini menjadi dua," ucapnya.
Selain itu, nuansa tahun politik jangan dinodai dengan politik identitas yang berujung SARA, karena hal tersebut akan memecah belah dan membuat bangsa Indonesia terfragmentasi dalam kelompok-kelompok tertentu.
Baca Juga: [FOTO] Momen Airlangga Bersua AHY di Puri Cikeas
Baca Juga: Keluh AHY Saat Bersua Airlangga: Ada Pihak Ingin Ubah Sistem Pemilu
"Karena yang paling kita khawatirkan kalau bangsa ini terbelah dengan politik identitas, kalau di ekonomi ada istilah namanya scare, ada luka yang dalam," katanya.
Dalam membangun bangsa tidak harus berada di posisi yang sama. Meski adanya perbedaan pilihan politik jelang pemilu, dia berharap perbedaan itu tidak memberikan dampak negatif berkepanjangan.
"Perbedaan kita hanya pada tanggal 14 Februari, pada saat masyarakat memilih, mencoblos, sesudah itu kita kembali bersama-sama," pungkasnya.