Di sisi lain, meski di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu, pelaku industri manufaktur nasional maupun global ternyata masih menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap Indonesia. Hal itu ditunjukkan dari realisasi penanaman modal sektor industri manufaktur yang mencapai Rp365,2 triliun sepanjang Januari-September 2022.
Capaian tersebut meningkat 54 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp236,8 triliun.
Merujuk data Kementerian Investasi/BKPM, pada Januari-September 2022, sektor industri manufaktur memberikan kontribusi sebesar 40,9 persen terhadap total investasi yang mencapai Rp892,4 triliun.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ignatius Warsito menjelaskan sejumlah subsektor manufaktur diakuinya masih tetap tumbuh meski ada pula yang melambat karena penurunan pesanan dari Eropa.
“Kalau perlambatan itu karena ada penurunan dari order-nya Eropa. Akan tetapi kami masih optimistis,” katanya.
Kementerian Perindustrian sejauh ini juga menyiapkan instrumen kebijakan sebagai salah satu solusi jangka pendek hingga awal 2023.
Hal itu dilakukan lantaran pemerintah tidak bisa terus mengharapkan ekspor karena semua negara juga akan berupaya melakukan langkah bertahan dan berekspansi.
“Kami mau melihat kemampuan industri dalam negeri seberapa jauh untuk bisa menahan dari gelombang resesi ini. Kemudian, kebijakan substitusi impor jadi satu bagian instrumen kita dalam dua tahun terakhir ini menjaga pasokan bahan baku dan bahan penolong bisa bantu utilitas sektor IKFT,” katanya.
Subsektor industri yang ditanganinya sangat unik dan dinamis sehingga perlu didalami upaya penanganan yang tepat.
Namun, subsektor industri yang masih tumbuh akan tetap didorong tumbuh daya saingnya, sementara yang melambat akan dikawal agar setidaknya bisa bertahan.
“Ini kita bicara tingkat produktivitas, yang kita bisa jaga bila pasokan bahan baku, asumsinya tidak terganggu. Kemudian energi yang digunakan juga oke, itu termasuk pasokan dan harga. Kami juga sudah menugaskan tim kami melalui satgas yang diperintahkan Pak Menteri untuk melakukan pengawalan untuk mendukung ketahanan industri subsektor IKFT,” katanya.
Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri itu juga menegaskan potensi pasar domestik juga tetap harus diperkuat di tengah ketidakpastian pasar ekspor.
Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) serta pengawalan melalui temu bisnis (business matching) menjadi solusi jangka pendek untuk mempertemukan rantai pasok di Indonesia.