Singkat cerita, pihaknya menemukan ada seorang warga kampung yang memberitahukan tim relawan gabungan ketika proses pencarian.
“Paman, pian kalau mencari seperti itu enggak bakal ketemu. Coba cari di sekitar jembatan sana,” kenang Arianto.
Setelah tiba, tim gabungan langsung berpencar mencari jejak Sukirman yang hilang.
Arianto dan tim relawan lantas kesusahan karena jembatan di sana bukan cuma satu tetapi kurang lebih berjumlah lima.
Sedang mencari korban, warga setempat kembali memberitahu tim gabungan bahwa jembatan yang dimaksud bukan di sana melainkan jembatan gantung.
“Nah di situ akhirnya ketemu dompet, bekas bungkusan es krim dibakar, serta uang pecahan ribuan tercecer,” tuturnya.
Namun sayangnya pencarian tubuh Sukirman belum membuahkan hasil, sebelum salah seorang warga melintas seraya menunjukkan keberadaan korban.
Kata-kata yang diucapkan warga tersebut kurang lebih sama seperti yang disampaikan dua orang sebelumnya.
“Jadi kalau kita lihat, mereka ini seperti sudah tahu semua peristiwa tersebut,” pungkasnya.
Baru akhirnya, Selasa 27 April, tim pencari mendapati bekas tetesan darah yang tertinggal di bebatuan pinggir aliran sungai. Saat ditelusuri, jejak itu mengarah ke sebuah lereng gunung.
Saat digali, warga menemukan Sukirman sudah terbujur kaku. Jasadnya membusuk dengan berbagai mata luka bekas senjata tajam dari bacokan hingga tusukan ditemukan.
“Menguburkan jenazahnya juga seperti mengubur bangkai binatang, mayat ditaruh di lereng bukit itu kemudian dari atas diuruk. Makanya tanahnya bercampur dedaunan,” ujarnya.
Lima bulan berselang, tim gabungan dikomandoi ‘Macan Kalsel’ Subdit III Ditreskrimum, Polda Kalsel menangkap lima warga setempat. Yakni, J (20), JA (15), dan ARD (14). Ironisnya, polisi juga menangkap orang tua ARD, dan J.
"Kami tangkap kedua orang tua mereka, karena ikut membantu menguburkan Sukirman usai dibunuh," ujar Kanit Opsnal Macan Kalsel, AKP Endris Ari Dinindra.
Dari hasil pembunuhan itu, ketiganya mendapat Rp750 ribu (sebelumnya ditulis Rp250 ribu) uang hasil jualan Sukirman. Uang itu dibagi rata Rp250 ribu.
Polisi menduga kuat ketiganya juga terlibat dalam aksi serupa di sejumlah daerah lain. Untuk pastinya, Satreskrim Polres Banjar masih melakukan pendalaman.
Endris mengatakan kendala pengungkapan kasus ini adalah minimnya warga sekitar memberikan kesaksian.
"Hingga akhirnya ada warga yang mau melapor ke kami setelah curiga dengan gerak-gerik anak-anak ini setelah terjadinya pembunuhan Sukirman," jelasnya. (*)
Dermawannya Korban Pembunuhan Bocah di Banjar, Sempat Tawarkan Es Gratis ke Pelaku
Dilengkapi oleh Al-Madani