bakabar.com, BANDUNG - Pakar Transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Sony Sulaksono Wibowo menilai bahwa kecelakaan yang melibatkan Kereta Api Turangga dengan Kereta Commuterline Bandung Raya bisa terjadi karena masalah sinyal dan miskomunikasi.
"Kemungkinan karena miskomunikasi. Apakah salah dari sinyalnya atau salah dari masinisnya atau salah dari isyaratnya. Karena ada komunikasi lewat sinyal dan lewat isyarat," ujar Sony di Bandung, Jumat (5/1).
Menurut Sony, saat ini masih terdapat jalur tunggal (single track) di jalur kereta api di Indonesia yang menjadi rawan kecelakaan.
"Dalam prosedur kereta api untuk single track harus bergantian. Kereta yang menjadi prioritas itu biasanya Turangga," ungkapnya.
Baca Juga: 14 Korban Kecelakaan Kereta KA Turangga Sudah Pulang
Nantinya, kereta Commuterline masuk ke salah satu emplasemen di stasiun terdekat menunggu kereta Turangga lewat.
"Baru kereta lokal masuk ke jalur utama," tuturnya.
Terkait kecelakaan tersebut, Sony menilai pemerintah segera membangun jalur ganda (double track) agar tidak terjadi kejadian serupa.
"Ke depannya memang harus disegerakan pembangunan (double track) jalur selatan. Saat ini yang double track baru jalur utara. Jalur selatan sempat tertunda," jelasnya.
Baca Juga: Imbas Kecelakaan Kereta: 9 Perjalanan Batal, 10 KA Memutar ke Selatan
Menurut Sony, bagaimana pun kereta api masih menjadi salah satu angkutan favorit untuk jarak jauh, terutama saat musim liburan.
Di sisi lain, perlu peningkatan dari berbagai kemungkinan timbulnya masalah di lapangan terkait komunikasi seperti perbaikan sinyal hingga komunikasi insyarat di jalur yang masih single track.
