bakabar.com, JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Investasi & Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto menjelaskan tentang pentingnya skema investasi untuk penguatan kebijakan hilirisasi industri. Salah satunya terkait permodalan.
Ia menerangkan, pengembangan investasi untuk penguatan kebijakan hilirisasi industri tidak hanya mengandalkan modal ekuitas, tetapi perlu ada sokongan dana dari perbankan dalam negeri.
"Memang investasinya rata-rata satu proyek itu cukup besar ya. Saya sangat jarang melihat ada proyek hiliriasai itu yang nilainya di bawah 1 miliar dollar, rata-rata di atas 1 miliar dollar. Dengan struktur seperti itu tentunya tidak hanya modal ekuitas yang diperlukan, tetapi juga perlu pinjaman bank," ujar Septian, Selasa (13/6).
Selain itu, ia menegaskan pemerintah mendapat banyak dukungan dari lembaga keuangan internasional terkait pendanaan pembangunan proyek-proyek hilirisasi di Indonesia.
Baca Juga: Menteri ESDM: Progres Lima Smelter Mineral Logam di Atas 50 Persen
"Jadi di awal saya kira banyak sekali dukungan dari lembaga keuangan internasional, terutama yang dari Tiongkok untuk memberikan pendanaan proyek-proyek hilirisasi di Indonesia. Bahkan sekarang saya melihat bank-bank dari Singapura cukup agresif untuk ikut dalam pembiayaan proyek-proyek hilirisasi di Indonesia," ujarnya.
Tidak hanya itu, beberapa bank dalam negeri juga mulai terlibat untuk membiayai proyek-proyek hilirisasi di Indonesia. Hanya saja, proprosinya tidak terlalu besar.
"Tapi dalam beberapa bulan terakhir ini saya melihat bank-bank dalam negeri pun ikut aktif dalam pembiayaan tersebut. Rata-rata memang, misalnya dari 1 miliar dollar, biasanya 30 persen itu adalah ekuitas dan 70 persen adalah pinjaman bank," imbuhnya.
Bicara soal target hilirisasi, Septian menjelaskan, saat ini pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi telah menargetkan beberapa hal penting. Pertama, pemerintah akan membentuk ekosistem industri yang didukung oleh hilirisasi dari komoditas yang dimiliki, seperti timah, bauksit, nikel, tembaga dan Kobalt.
Baca Juga: Ada Lagi yang Mati, Bukti Buruknya Pengelolaan K3 di Smelter Bantaeng
"Jadi, strategi hilirisasi terfokus untuk membentuk ekosistem mobil listrik yang kompetitif," terangnya.
Kedua, pemerintah mendorong praktik-praktik pengelolaan lingkungan yang lebih baik untuk kawasan industri smelter di Indonesia. "Tidak hanya di smelternya tapi bagaimana kita mendorong untuk di tambangnya juga melakukan praktik pengelolaan lingkungan yang baik," ujarnya.
Ketiga, pemerintah telah menargetkan beberapa investor untuk mendorong progres hilirisasi di komoditas yang lain.
"Saya kira untuk smelter ini cukup optimal. Namun kita juga harus memastikan praktik-praktik pengelolaan lingkungannya juga bisa terjamin dengan baik. Ini yang sekarang kita sedang memastikan bahwa nggak boleh kalau hanya sekedar bangun smelter tapi mengabaikan aspek-aspek lingkungan," pungkasnya.