bakabar.com, JAKARTA - Salim bin Abdullah RA adalah cucu dari Khalifah Umar bin Khattab RA. Salim tidak hanya mirip dalam bentuk fisik dan kezuhudannya, tetapi juga dalam keberaniannya menyampaikan kalimat hak meski berat resikonya.
Dilansir Republika, Rabu (25/11), dia pernah menemui Hajjaj bin Yusuf -seorang pemimpin yang kejam- untuk membicarakan tentang keperluan kaum Muslimin. Hajjaj menyambutnya dengan baik, dia dipersilakan duduk di sisinya dan dihormati secara berlebihan.
“Beberapa saat kemudian, datang beberapa orang tahanan dibawa ke hadapan Hajjaj, pakaiannya compang-camping, wajahnya pucat dan semua dalam keadaan dibelenggu,” katanya.
Hajjaj menoleh kepada Salim bin Abdullah RA, dan menjelaskan, “Mereka adalah pembuat onar di muka bumi ketika mereka telah mengeluarkan darah yang Allah haramkan.”
Kemudian Hajjaj mengambil pedang dan menyerahkannya kepada Sallim, sekaligus memberi isyarat kepada para orang tahanan untuk maju. Dia berkata kepada Salim.
“Bangkitlah dan tebas lehernya.”
Pedang itu diterima oleh Salim, dia menghampiri orang yang dimaksud. Seluruh mata menghadap kepada untuk melihat apa yang dilakukan. Salim bin Abdullah berdiri di depan orang tersebut dan bertanya.
“Apakah engkau seorang Muslim?”
Tahanan itu berkata. “Ya aku seorang Muslim apa perlunya engkau bertanya demikian? Lakukan saja apa perintahnya”.
“Apakah engkau menunaikan shalat subuh,” tanya Salim.
“Aku seorang Muslim. Adakah orang Muslim yang tidak melaksanakan salat subuh?"
“Aku bertanya apakah kamu melaksanakan shalat subuh hari ini?”
“Semoga Allah memberi hadiyah. Ya tentu saya shalat subuh hari ini.”
Kemudian Salim kembali kehadapan Hajjaj sambil melemparkan pandang yang digenggamnya dan dia berkata. “Orang ini mengaku sebagai seorang Muslim. Dia berkata bahwa hari ini ia telah melaksanakan shalat subuh sedangkan aku mendengar Rasulullah bersabda barangsiapa salat subuh dia berada dalam naungan Allah.”