News

Kasus Sifilis di Indonesia Meningkat, Kemenkes Ungkap Penyebabnya

Terdapat penambahan 20.783 kasus baru penyakit sifilis di Indonesia per 2022. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun membongkar penyebabnya.

Featured-Image
Telah terjadi peningkatan kasus penyakit sifilis hingga 70 persen dalam kurun waktu lima belakangan. Foto: Detik

bakabar.com, JAKARTA - Terdapat penambahan 20.783 kasus baru penyakit sifilis di Indonesia per 2022. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun membongkar penyebabnya.

Angka tersebut menunjukkan telah terjadi peningkatan kasus penyakit sifilis hingga 70 persen dalam kurun waktu lima belakangan.

Sebelumnya hingga akhir 2018, kasus sifilis yang terdeteksi berjumlah 12.484 orang. Jumlah ini terus mengalami peningkatan hingga mencapai 20.783 kasus di akhir 2022.

Melansir data Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, sebanyak 0,24 persen dari total kasus tersebut ditemukan dalam kelompok usia 5 hingga 14 tahun.

Sementara usia kurang dari 4 tahun, persentase yang dicatatkan lebih tinggi hingga berada di angka persen atau 623 pasien.

Temuan sifilis atau raja singa dari pasien anak terbilang mengkhawatirkan, lantaran bisa berujung kecatatan permanen hingga fatal atau kematian.

Adapun anak remaja berusia antara 15 hingga 19 tahun, total kasus yang terdata menembus 6 persen atau 1.247 kasus.

Meski begitu, kasus sifilis paling banyak memang masih didominasi usia produktif antara 25 hingga 49 tahun yang mencapai 63 persen dari total laporan 2022. Rinciannya perempuan 46 persen dan laki-laki 25 persen.

Masih dari data Kemenkes, pasien sifilis paling banyak ditemukan di Papua yang mencapai 3.864 orang dengan total pengetesan 34.625 orang.

Disusul Jawa Barat dengan total kasus 3.186 dari 305.816 orang yang diperiksa. Kemudian DKI Jakarta mencatat 1.897 kasus sifilis hingga akhir 2022 dengan total 71 ribu orang yang dites.

"Salah satu penyebab peningkatan kasus adalah peningkatan jumlah orang yang diskrining sifilis," papar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, Jumat (12/5).

"Seiring peningkatan skrining, semakin banyak yang ditemukan. Diharapkan semakin banyak pula yang diobati, sehingga tidak menularkan ke orang lain, terutama ibu hamil," imbuhnya.

Adapun skrining sifilis menggunakan rapid test agar penanganan dapat dilakukan secepatnya. Di sisi lain, edukasi dan pencegahan juga digalakkan.

Sementara terkait stok obat, Kemenkes juga memastikan ketersediaan. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, membantah informasi mengenai krisis obat sifilis.

"Penyediaan obat sifilis dapat diperoleh dari dana pusat dan juga daerah. Obat yang digunakan dalam pengobatan sifilis juga mudah didapatkan seperti benzatin penisilin, eritromisin atau doksisiklin," jelas Nadia.

"Selain benzatin penilisin, tersedia obat pengganti seperti eritromisin atau doksisiklin yang juga mudah didapatkan," pungkasnya.

Sifilis atau penyakit raja singa adalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan bakteri.

Penyakit ini dimulai sebagai luka yang tidak nyeri, biasanya di alat kelamin, rektum atau mulut. Kalau tidak diobati, penyakit ini dapat merusak jantung, otak atau organ lain dan dapat mengancam jiwa.

Sifilis lebih banyak menular akibat berhubungan seksual dengan penderita, kontak fisik dengan luka di tubuh penderita, atau menular dari ibu ke janin ketika kehamilan atau persalinan.

Editor


Komentar
Banner
Banner