bakabar.com, BANJARBARU - Kembali melakukan pemeriksaan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarbaru menemukan seorang diduga Pekerja Seks Komersial (PSK) dan siswi yang terdeteksi mengidap Penyakit Menular Seksual (PMS).
Diketahui pemeriksaan PMS baru dijalankan kembali, setelah dua tahun vakum akibat pandemi Covid-19.
Adapun pemeriksaan terakhir dilakukan di lingkungan eks lokalisasi Pembatuan, Kelurahan Landasan Ulin Timur, Kecamatan Landasan Ulin, Sabtu (14/10).
"Setelah sempat terhenti akibat pandemi Covid-19, kami melakukan pemeriksaan PMS lagi. Tercatat sudah dilakukan pemeriksaan ketiga dengan total 52 orang," papar epidemiolog di Dinkes Banjarbaru, Edi Sampana, Kamis (19/10).
Dari total 52 orang yang diperiksa, seorang perempuan di antaranya didiagnosis mengidap penyakit sifilis. Perempuan ini pun diimbau menghentikan aktivitas yang memicu penyakit dan segera menjalani pengobatan.
Sementara dalam pemeriksaan lain, Dinkes Banjarbaru juga menemukan seorang siswi yang terkena HIV.
"Kami tidak dapat memastikan sumber penyakit tersebut. Namun ketika dilakukan tracking, bukan karena keturunan," beber Edi.
Diketahui berdasarkan catatan Dinkes Banjarbaru, sekitar 400 orang dinyatakan positif HIV dan didominasi laki-laki.
"Sebenarnya jumlah tersebut tak menggambarkan kondisi penyebaran HIV secara menyeluruh," papar Edi yang juga Sekretaris Komisi Penanggulan AIDS (KPA) Banjarbaru.
"Kalau dilakukan tracking, kemungkinan Orang Dengan HIV (ODHIV) di Banjarbaru lebih dari 1.000 orang. Faktanya sejak 2005, rata-rata ditemukan 50 kasus baru per tahun. Artinya besar kemungkinan lebih dari 600 pengidap HIV belum terdeteksi," sambungnya.
Sementara pemantik penyebaran disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya praktik prostitusi yang masih tersedia dan aktivitas seksual menyimpang seperti lelaki penyuka sesama jenis.
"Kasus yang ditemukan paling banyak menular melalui hubungan seks. Sangat jarang penularan HIV melalui transfusi darah atau jarum suntik," tukas Edi.
"ODHIV di Banjarbaru juga didominasi pria yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu. Bahkan beberapa di antaranya berhubungan dengan waria," imbuhnya.
Namun Dinkes Banjarbaru mengalami kesulitan mendeteksi sebaran kasus HIV akibat keterbatasan anggaran. Di sisi lain, banyak warga yang menutup diri dari pemeriksaan rutin.
Kemudian sejak 2020, mereka juga tidak lagi melakukan pemeriksaan kesehatan di tempat hiburan malam. Andai kembali dilakukan, kemungkinan jumlah penderita PMS akan lebih banyak.
"Mungkin banyak masyarakat yang takut atau malu, seandainya didiagnosis HIV. Padahal kalau benar positif, kami pasti merahasiakan identitas yang bersangkutan," tegas Edi.