bakabar.com, JAKARTA - Sebuah kasus sangat langka ditemukan di China. Dokter menemukan janin yang bersarang di otak bayi perempuan berusia 1 tahun.
Janin berukuran 10 cm itu ditemukan saat anak tersebut menunjukkan perkembangan keterampilan motorik yang tertunda, lingkar kepala membesar, dan penumpukan cairan di otak.
Dikutip dari detikHealth, Senin (13/3), dalam laporan yang diterbitkan 12 Desember 2022 di jurnal Neurology kasus yang terjadi di China itu mencatat bahwa benda asing di kepala anak kecil itu adalah 'kembar diamniotik monokorionik yang cacat'.
Kondisi tersebut berarti saat di dalam rahim, janin pernah berbagi plasenta yang sama tetapi memiliki kantung ketuban yang terpisah.
Kondisi tersebut disebabkan oleh pemisahan yang tidak sempurna dari kembar identik, yang terbentuk ketika salah satu telur terbelah.
Anomali di mana satu janin diselimuti oleh yang lain dikenal sebagai "fetus in fetu", atau terkadang "kembar parasit".
"Kembar yang diserap biasanya berhenti berkembang sementara yang lain terus tumbuh," tulis laporan tersebut.
Fenomena ini sangat langka, biasanya terjadi pada sekitar 1 dari 500 ribu kelahiran, namun sejauh ini hanya ada kurang dari 50 laporan di seluruh dunia tentang kasus yang sama.
Umumnya, janin cacat ditemukan sebagai massa di perut janin lain, terjepit di belakang jaringan yang melapisi dinding perut. Tetapi, pada kasus ini massa muncul di kepala janin dan kemungkinan sudah berada di sana sejak awal perkembangan anak.
Penampakan janin di dalam otak bayi...
Kondisi Janin yang Ada di Otak
Dari pemindaian otak atau MRI, janin yang ada di kepala anak tersebut telah memiliki tungkai atas, tulang, dan bahkan kuku. Janin tersebut juga memiliki spina bifida atau kondisi sumsum tulang belakang terbuka.
Kondisi itu membuat anak berusia 1 tahun tersebut mengidap hidrosefalus, penumpukan cairan jauh di dalam otak yang dapat menyebabkan kepala membesar, sangat mengantuk, dan kejang.
Meski begitu, dokter telah melakukan operasi pengangkatan janin dari otak anak tersebut dan berhasil mengeluarkannya. Namun, sampai saat ini dokter masih belum tahu persis bagaimana fenomena sangat langka ini bisa terjadi.
Namun sayang, laporan kasus tersebut tidak menjelaskan kondisi anak berusia 1 tahun itu setelah operasi.