Nasional

Kasus Kekerasan Anak di Kalsel Menurun, Pola Asuh Menjadi Kunci

Dalam tumbuh kembang anak, pola asuh orang tua memjadi yang terpenting. Termasuk pertumbuhan atau pembentukan mentalnya.

Featured-Image
Pola asuh merupakan hal penting bagi perkembangan mental anak. Foto-Jurich

bakabar.com, BANJARBARU - Kasus kekerasan pada anak di Kalimantan Selatan masih menjadi perhatian pemerintah. Meski angkanya menurun, tapi setiap orang tua diimbau untuk memberikan pola asuh yang benar kepada anaknya. 

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kalsel, Adi Santoso, ikut menyoroti persoalan ini. Dia menilai pola asuh yang benar akan menciptakan anak dengan mental yang baik.

"Kemudian lingkungan juga sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak," papar Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kalsel, Adi Santoso, Selasa (29/8).

Baca Juga: Hampir Adu Jotos, Pembangunan TPS 3R di Jahri Saleh Banjarmasin Diprotes

Hingga kini, lanjut dia, pemerintah terus berupaya melakukan pembinaan dan mengedukasi masyarakat terkait dampak kekerasan pada anak sebagai akibat dari pola asuh yang salah. 

Sebagai gambaran, angka kekerasan pada anak di Kalsel pada tahun ini mencapai 302 kasus. Meski menurun dibanding tahun sebelumnya yakni 491 kasus, tapi angka tersebut masih tergolong tinggi.

Sepanjang 2023 hingga bulan Agustus ini, tercatat ada 67 kasus kekerasan pada anak di Banjarmasin. Ini merupakan angka tertinggi di Kalsel. 

Kota berikutnya dengan kekerasan pada anak paling tinggi yakni Banjarbaru dengan 39 kasusz diikuti  Barito Kuala 37 kasus dan Tabalong 33 kasus.

Selanjutnya, Hulu Sungai Tengah 29 kasus, Kabupaten Banjar 22 kasus, Hulu Sungai Utara 20 kasus, Hulu Sungai Selatan 18 kasus dan Tanah Laut 14 kasus.

Baca Juga: Kapal Pengangkut Pupuk Tenggelam di Perairan Sampit

Berikutnya, Tanah Bumbu 11 kasus, Kabupaten Tapin enam kasus dan Balangan empat kasus. Sementara Kotabaru menjadi kabupaten yang kasus kekerasan pada anak paling minim yakni hanya dua kasus.

"Kalau dibanding tahun lalu, kasus hingga Agustus ini turun sekitar 10 persen," kata Adi seraya menambahkan turunnya angka itu, karena adanya edukasi soal dampak kekerasan terhadap anak terus menerus oleh pemerintah, lembaga, maupun masyarakat itu sendiri.

Editor


Komentar
Banner
Banner