bakabar.com, MARTAPURA - Mengantisipasi terjadinya kekerasan anak di lingkungan sekolah, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nur Huda Desa Murung Kenanga, Martapura, Kabupaten Banjar menggelar sosialisasi perlindungan anak dan perempuan, Jumat (3/11/2023).
Diikuti ratusan siswa, kegiatan ini berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Banjar melalui Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (Dinsos P3SP2KB) Banjar.
Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinsos P3SP2KB Banjar, Merilu Ripner mengatakan, sosialisasi ini penting sebagai pencegahan kekerasan terhadap anak yang belakangan ini sedang marak terjadi, sehingga para siswa jadi waspada.
"Kita juga menyampaikan apa saja perlindungan anak, kemudian hak-hak serta kewajiban anak," ujar Meri usai menjadi narasumber dalam kegitan tersebut.
Ia menyebut, salah satu kewajiban anak di sekolah adalah menjaga ketertiban, keamanan, keindahan, dan kekeluargaan dalam sekolah.
Kemudian, salah satu hak anak adalah mendapatkan pendidikan dan pengajaran, termasuk segala fasilitasnya.
Meri bilang, bahwa jangan sampai terjadi pernihakan dini, nikah di bawah usia 19 tahun, hal ini guna mengantisipasi ketidaksiapan pasangan dalam mengarungi rumah tangga serta tetap terpenuhinya hak pendidikan.
"Saat ini angkat perceraian di Kabupaten Banjar adalah yang tertinggi di Kalsel, faktornya karena ekonomi kemudian adanya pihak ketiga. Makanya perlu usia matang bagi pasangan menikah," tandasnya.
Sementara, Khairuddin selaku Pembina PKBM Nur Huda mengatakan, pihaknya punya program pencegahan kekerasan anak dan Pemkab Banjar juga punya program yang sama, sehingga dikolaborasikan dalam kegiatan ini.
"Meskipun belum ada kasus kekerasan anak di sekolah kita ini, namun tetap penting melakukan upaya pencegahan sebagai antisipasi dini," ungkap Khairuddin.
Ia menambahkan, PKBM Nur Huda menyediakan sekolah setara SD, SMP, dan SMA. Total siswanya sebanyak 398 orang dengan berbagai usia. "Siswa di sini kebanyakan dari santri di madrasah atau pesantren, ada juga yang putus sekolah," tandasnya.