“Tahun ini, banyak variabel di luar kendali kita yang sangat berpengaruh terhadap kinerja perseroan, seperti kenaikan harga energi, resesi dan penyusutan ekonomi global, serta naiknya laju inflasi. Untuk itu, kita akan memfokuskan upaya untuk meningkatkan pendapatan dan efisiensi kinerja pada tahun 2023,” kata Evelyne dikutip dari Investor.Id, Jumat (23/12).
Menilik laporan keuangan perseroan, hingga kuartal III-2022, perseroan membukukan laba bersih Rp 12,95 miliar, turun 80% dari Rp 65,45 miliar pada periode yang sama tahun 2021.
Turunnya laba bersih tersebut terjadi karena penjualan perseroan turun 11% menjadi Rp 551,81 miliar dari Rp 612,59 miliar pada periode sebelumnya.
Menurut Evelyn, penurunan penjualan dan laba bersih perseroan dipicu atas kecenderungan penurunan harga komoditas akibat peningkatan suku bunga dari Amerika Serikat.
Selain itu, juga ada kenaikan harga solar industri hingga 100%. Medan yang berat membutuhkan pasokan BBM yang konsisten dan harga yang melambung tinggi sejak awal tahun telah menggerus kinerja perseroan secara signifikan.
Tahun Depan
Kapuas Prima Coal membidik penjualan konsentrat pada 2023 sebesar Rp600 miliar. Kemudian sampai 2024, perseroan berencana mengonsolidasikan sekaligus mengakuisisi beberapa tambang.
Direktur Keuangan Hendra Susanto William mengemukakan bahwa target penjualan sebesar Rp600 miliar tersebut akan bergantung pada pergerakan harga komoditas di tahun depan dan 2024.
"Kita menggunakan pendekatan yang konservatif di mana memakai harga terendah pada tahun ini," ucap Hendra dalam paparan publik, beberapa waktu yang lalu.
Target penjualan itu terbilang konservatif karena jika dibandingkan dengan target penjualan perseroan pada 2022 sebesar Rp650 miliar, target penjualan perseroan 2023 sedikit mengalami koreksi sekitar 7,6%.
Adapun katalis positif pendorong kinerja perseroan pada tahun-tahun mendatang diproyeksikan berasal dari peningkatan harga komoditas secara bertahap, seiring dengan tingkat inflasi yang diharapkan terus menurun.
"Kita mengharapkan tingkat inflasi turun sehingga dapat mendorong kinerja perseroan ke depan," ungkapnya.
Katalis lainnya, menurut Hendra, permintaan timah dan seng yang masih cukup tinggi bukan hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain di seluruh dunia.
Ditambah lagi, perseroan merupakan satu-satunya perusahaan yang membangun dan memiliki pabrik pengembangan timah dan seng yang berasal dari bahan tambang.
"Kedua komoditas ini penting karena yang bisa menyuplai timah hitam dan seng di seluruh Indonesia sangat terbatas. Jika permintaan harga logam dasar meningkat dan smelter timbal sudah beroperasi tentu akan memberikan kinerja yang lebih baik lagi bagi perseroan ke depan," ujar Hendra.