bakabar.com, JAKARTA – Kain Sasirangan, kain asal Kalimantan Selatan yang dipercaya dapat memberi kesembuhan penyakit dan mengusir roh jahat.
Sasirangan, kain tradisional asal Kalimantan Selatan, telah diakui oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah satu dari 33 kain warisan budaya tak benda Indonesia.
Nama "sasirangan" berasal dari bahasa Banjar, "sirang" atau "manyirang," yang artinya teknik menjahit menggunakan tangan atau jelujur. Motifnya dibuat dengan jahitan menggunakan teknik jelujur.
Awalnya, kain sasirangan dipercayai memiliki kekuatan penyembuhan dan mampu mengusir roh jahat, sehingga pembuatannya dibatasi.
Namun, saat ini, produksi sasirangan telah diperluas untuk memenuhi berbagai kebutuhan, termasuk kebutuhan fashion. Meskipun demikian, proses pembuatannya secara umum masih menggunakan metode tradisional.
Warna kuning menjadi simbol kekeramatan dan perlindungan dari roh jahat. Sebelum digunakan, kain ini diasapi dengan dupa dan diberi salawat setiap malam Senin dan Jumat.
Kain sasirangan dikenakan oleh orang sakit sebagai sarung, ikat pinggang, atau ikat kepala. Sebagai sarung, dipercayai dapat mengatasi demam atau gatal-gatal, sebagai ikat pinggang dapat menyembuhkan penyakit perut, dan sebagai ikat kepala diyakini dapat mengobati sakit kepala.
Awalnya, terapi dengan kain sasirangan terbatas karena pembuatannya yang kompleks dan diajarkan secara turun temurun dengan ritual khusus.
Pembuat sasirangan harus menyediakan sesajen seperti kue khas Banjar, kopi manis, dan kopi pahit. Ritual dimulai dengan doa dan konsumsi sesajen bersama.
Warna kain sasirangan menentukan jenis khasiatnya: kuning untuk penyakit kuning, merah untuk sakit kepala, hijau untuk kelumpuhan, hitam untuk demam dan gatal-gatal, ungu untuk sakit perut, dan cokelat untuk stres.
Motif Kain Sasirangan
Motif kain sasirangan mengggunakan garis vertikal yang memanjang, terinspirasi dari alam Kalimantan Selatan.
Ada tiga jenis motif utama: motif lajur dengan garis tegak lurus dan lengkung, motif ceplok sebagai garis tegak lurus tunggal, dan motif variasi sebagai hiasan tambahan untuk motif ceplok atau lajur.
Semua motif dapat digunakan tanpa pembedaan oleh seluruh masyarakat Suku Banjar, tanpa melanggar adat istiadat.
Beberapa motif tradisional sasirangan mencakup Kulat Karikit, Gigi Haruan, Hiris Pudak, Naga Belimbur, Ular Lidi, Bayam Raja, Bintang Bahambur, Tampuk Manggis, Kambang Sakaki, Daun Jeruju, Kambang Kacang, Kangkung Kaombakan, Hiris Gagatas, Turun Dayang, dan Ombak Sinampur Karang.