News

Yang Terjadi Jika Benda Antik di Sungai Rangas Banjar Barter dari Alam Gaib

Penemuan sejumlah 'benda-benda antik' dari alam gaib di Sungai Rangas Tengah, Kabupaten Banjar masih jadi buah bibir.

Featured-Image
Sejumlah benda antik yang ditemukan warga di Sungai Rangas Tengah, Kabupaten Banjar. Foto-apahabar.com/Hasan

bakabar.com, JAKARTA - Penemuan sejumlah 'benda-benda antik' di Sungai Rangas Tengah, Kabupaten Banjar masih jadi buah bibir.

Terlebih setelah seorang arkeolog Kalsel menduga temuan barang-barang tersebut bukan peninggalan kerajaan di masa lalu.

Sebagai pengingat, barang-barang tersebut ditemukan Masroni, warga Sungai Rangas Tengah, di aliran sungai setempat, baru-baru tadi.

Baca Juga: Viral Benda Antik di Sungai Rangas Banjar, Ternyata...

Beranggapan kalau benda temuan Masroni merupakan peninggalan kerajaan, sejumlah warga berdatangan untuk mendapatkan khasiat benda itu.

Antropolog Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah turut merespons penemuan barang antik berbentuk piring malawen yang disebut-sebut berasal dari alam gaib itu.

Jika benar dari alam gaib, kata Nasrullah, maka kemungkinan penghuni alam sebelah mengalami surplus barang antik hingga diberikan kepada manusia di tepi sungai.

Jika tidak surplus, maka barang antik mesti barter dengan persembahan dari manusia seperti sesajen atau tumbal.

Baca Juga: Arkeolog Ungkap Sejumlah Kejanggalan Temuan Benda Antik di Sungai Rangas Martapura

"Mungkin akan ada yang dikorbankan," ucap Dosen Prodi Sosiologi dan Antropologi FKIP ULM itu kepada bakabar.com.

Yang lebih berbahaya lagi, sambung Nasrullah, jika penghuni alam sebelah merasa kehilangan 11 barang antik miliknya. Maka, kata Nasrullah, barang tentu mereka akan mencari siapa penemu benda tersebut.

"Saya kira barang tersebut bisa menimbulkan mudarat jika tidak dirawat atau lebih baik dikembalikan," katanya.

Lantas bagaimana jika memakai logika keilmuan? Pria yang akrab disapa Inas itu satu suara dengan arkeolog BRIN, Hartatik.

Baca Juga: Misteri Benda Antik di Sungai Rangas, Arkeolog Kalsel Buka Suara

"Fenomena dan narasi penemuan 11 barang antik tersebut mungkin saja terulang di kemudian hari."

Jika disebut sebagai barang antik dan dari orang gaib, kata Inas, sebenarnya itu menunjukkan logika di masa lalu. Di mana untuk menemukan barang-barang seperti porcelin, keramik dan sejenisnya tidak mudah didapatkan.

"Karena akses atau pertemuan dengan dunia luar tidak seterbuka dan seintens sekarang," tegasnya.

"Maka dilakukanlah labelling sebagai barang antik dari orang-orang sebagai upaya untuk menunjukkan sulitnya mendapat barang itu atau untuk menaikkan harga barang," lanjutnya.

Inas mengira jika pihak yang menemukan barang itu sebenarnya lupa bahwa zaman sudah berganti. Kini istilah barang antik tidak lagi seantik dulu karena mengalami proses pembuatan melalui industri.

Baca Juga: Soal Temuan Benda Antik di Sungai Rangas Banjar Dipercaya Punya Keistimewaan, Ini Kata MUI

Pun, istilah orang gaib sudah menjelma menjadi situs belanja online yang dengan mudah memesan "barang antik".

"Itulah sebabnya jika dilihat dengan mata awam saja 11 barang antik tersebut terlalu mulus dan utuh untuk disebut antik atau disebut too good to be true," bebernya.

Sehingga, kata Nasrullah, masyarakat jangan terjebak dari tampilan benda dan narasi yang disampaikan untuk dianggap sakral serta mengandung kekuatan mistik karena hanya manipulasi belaka.

Baca Juga: Geger Barang Antik Sungai Rangas Kalsel: Mandau-Piring Berasma Allah

"Jangan tergesa untuk mempercayai sesuatu. Artinya tunggu dulu perkembangan selanjutnya atau dapatkan informasi dari orang yang memiliki pengetahuan secara keilmuan tentang barang antik," tuturnya.

Menurutnya, bagi kalangan remaja yang melek teknologi bisa dengan mudah mengetahui kesamaan benda tersebut melalui Google Lens.

"Maka kata 'antik' itu sebenarnya barang yang banyak didapatkan di berbagai media internet," tandasnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner