bakabar.com, BANJARMASIN – Menjelang wafat, Khalifah Umar bin Abdul Aziz RA menangis. Khalifah yang dikenal sangat peduli dengan kesejahteraan rakyatnya itu takut dengan tindakannya tersalah selama memimpin umat.
“Mengapa Anda menangis wahai khalifah. Bukankah Anda telah menghidupkan kembali sunah-sunah Nabi dan bersikap adil dalam memerintah?” seseorang menanyakan sebab tangisan Khalifah Umar.
Umar menjawab, “Demi Allah, andai aku adil kepada rakyat, aku tetap khawatir jiwaku tidak mampu menyampaikan kesaksian hingga Allah mengizinkannya. Lalu, bagaimana jika aku bertindak zalim?”
Begitulah riwayat dari seorang pemimpin yang sukses meluruskan kembali perhatian rakyatnya dari kegemaran hanya membicarakan harta dan wanita menjadi sibuk memperbanyak ibadah dan menghapal Alquran.
Khalifah Umar menghapuskan diskriminasi, mengembalikan harta milik warga dan negara, termasuk perhiasan istrinya karena menduga itu hasil korupsi, penggelapan harta rakyat, dan manipulasi pajak di era kekuasaan mertua beliau.
Di bawah kepemimpinannya, perkembangan ekonomi merata hingga warga Afrika Utara berubah dari penerima zakat menjadi wajib zakat dalam tempo tak sampai dua tahun. Namun, jiwa penguasa beriman selalu berayun di dua titik: penuh harap diampuni Allah SWT, tapi juga khawatir masuk neraka karena mungkin pernah menzalimi rakyat.
Editor: Muhammad Bulkini