Kampanye Teselubung

Jelang Bulan Ramadan, Bawaslu Antisipasi Kampanye Terselubung Partai Politik

Bawaslu mengantisipasi dan mengimbau agar Bulan Ramadan, jangan dijadikan sebagasi momen untuk melakukan kampanye terselubung.

Featured-Image
Anggota Bawaslu RI Lolly Suhenty, (Foto:apahabar.com/BS)

bakabar.com, JAKARTA - Anggota Bawaslu RI Lolly Suhenty menyebut bulan Ramadan akan menjadi ajang untuk berbagi kebaikan sehingga pihaknya perlu melakukan pengawasan agar tidak terjadi pelanggaran kampanye terselubung.

"Kami memang sama-sama tahu Bulan Ramadan yang sebentar lagi akan kita lewati. Sering kali kemudian menjadi ajang juga terjadinya potensi dugaan pelanggaran," kata Lolly di Artotel, Jakarta Selatan, Sabtu (18/3)

Lolly tidak melarang seseorang untuk berbagi kebaikan saat Ramadan. Namun, tindakan tersebut tidak dibenarkan jika dibarengi dengan kampanye terselubung.

"Bawaslu tidak dalam konteks melarang orang bersedekah. Bawaslu tidak dalam konteks melarang orang untuk memberikan santunan. Yang Bawaslu larang adalah yang dilarang UU nomor 7 tahun 2017, misalnya menjanjikan memberikan uang atau materi lainnya, baik itu di masa kampanye, di masa penghitung maupun di masa tenang," tutur Lolly.

Baca Juga: Pengamat: Hutang Kampanye Anies Baswedan Harus Diusut Bawaslu

Dia menegaskan pelanggaran yang perlu diwaspadai saat Ramadan ialah kegiatan beramal dengan kampanye terselubung yang dicampuradukan.

Lebih lanjut, Lolly mengatakan bahwa pihaknya juga melarang penggunaan rumah ibadah, tempat pendidikan, dan tempat pemerintahan sebagai lokasi kampanye saat Bulan Ramadan.

"Kalau berkaca dari peristiwa 2019, misalnya terjadi upaya yang mengarah kampanye di tempat-tempat yang dilarang," katanya.

Baca Juga: Pengamat: Safari Politik Anies Curi Start Kampanye Pilpres 2024

Pada masa sosialisasi partai politik ini, Lolly mengingatkan semua pihak untuk bersabar dan mentaati aturan untuk melakukan kampanye sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan.

"Ada upaya kampanye terselubung yang kemudian berpotensi terjadi politisasi identitas politisasi sara yang kemudian menggunakan Bulan Suci Ramadan," tandasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner