Secercah Harapan Terangi Praktik Perbudakan
Perbudakan dan perdagangan orang kulit hitam tumbuh subur selama berabad-abad. Sampai akhirnya, pada abad ke-18, tepatnya tahun 1791, Toussaint Louverte datang membawa secercah harapan yang menjadi titik terang dari praktik perbudakan.
Bersama kompatriotnya, Jenderal Jean-Jacques Dessalines, Louverte memimpin budak kulit hitam yang bekerja di perkebunan tebu di Haiti untuk memberontak. Tekad untuk mengakhiri penderitaan ini sebelumnya sudah disepakati bersama usai pertemuan besar di Bois Caiman.
Alhasil, pada 22 hingga 23 Agustus 1791, sekitar setengah juta budak kulit hitam membakar perkebunan tebu tempatnya bekerja, dan menghajar tuan-tuan kolonial. Perlawanan yang disebut Revolusi Haiti itu menyulut revolusi, kemerdekaan, dan penghapusan perbudakan.
Dikenang oleh Dunia Setiap 23 Agustus
Perlawanan budak kulit hitam ini lantas membuat UNESCO menetapkan tanggal 23 Agustus sebagai Hari Internasional Mengenang Perdagangan Budak dan Penghapusannya. Peringatan ini pertama kali ditetapkan pada 1998 melalui Surat Edaran CL/3494.
Peringatan ini ditujukan guna mengenang orang-orang yang menjadi korban perdagangan budak. Sekaligus, memberi penghormatan kepada mereka yang telah bekerja keras untuk menghapus perdagangan budak dan perbudakan di seluruh dunia.
Hingga saat ini, setiap tahunnya, UNESCO mengajak menteri kebudayaan dari semua negara anggota untuk memperingati momentum ini dengan melibatkan seluruh penduduk, khususnya kaum muda, pendidik, seniman, dan para intelektual. (Nurisma)