Pemkab Barito Kuala

Jejangkit dan Mandastana Banjir Lagi, Penjabat Bupati Batola Singgung Bendungan Riam Kiwa

Kembali dua kecamatan di Barito Kuala (Batola) yang berbatasan langsung dengan Banjar, terdampak banjir kiriman.

Featured-Image
Penjabat Bupati Batola, Mujiyat, meninjau kondisi banjir di Kecamatan Jejangkit bersama sejumlah kepala satuan perangkat kerja dan camat. Foto: Dokpim Batola

bakabar.com, MARABAHAN - Kembali dua kecamatan di Barito Kuala (Batola) yang berbatasan langsung dengan Banjar, terdampak banjir kiriman.

Setidaknya dalam dua pekan terakhir, permukiman dan persawahan warga sejumlah desa di Kecamatan Jejangkit dan Mandastana direndam banjir.

Untuk mengantisipasi dampak yang lebih luas, bantuan pun sudah mulai disalurkan, Sabtu (18/3).

Namun bantuan saja tidak cukup, mengingat peristiwa tersebut kerap berulang. Tidak cuma setahun sekali, tetapi bisa berkali-kali dalam rentang satu tahun.

Terkait situasi tersebut, Penjabat Bupati Batola, Mujiyat, sangat berharap pembangunan Bendungan Riam Kiwa segera terealisasi.

"Waduk tersebut akan menampung aliran air yang berlebih di hulu, sebelum mencapai hilir," papar Mujiyat seusai penyerahan bantuan warga terdampak banjir di Jejangkit.

"Dengan demikian, minimal akan mengantisipasi luapan air yang sudah sering menggenangi Jejangkit dan Mandastana," imbuhnya.

Baca Juga: Menuntaskan Banjir di Banjar, Bendungan Riam Kiwa Jadi Angin Segar

Baca Juga: Optimis! Pembangunan Bendungan Riam Kiwa Dimulai Tahun 2023

Diketahui Bendungan Riam Kiwa diwacanakan dibangun di Desa Angkipih dan Desa Paramasan Bawah, Kecamatan Paramasan, Kabupaten Banjar, dengan luasan sekitar 771,51 hektare.

Berdasarkan desain yang disampaikan Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III, Bendungan Riam Kiwa diklaim bisa mereduksi banjir sampai 70 persen atau kurang lebih 255 meter kubik air per detik.

Meski terletak ratusan kilometer, Paramasan dengan Jejangkit dan Mandastana terhubung melalui aliran sungai.

Rinciannya air dari Paramasan akan mengisi aliran sungai di Sungai Pinang, Pengaron, Simpang Empat, serta Sungai Tabuk yang langsung berbatasan dengan Jejangkit dan Mandastana.

"Kemudian selain Bendungan Riam Kiwa, kami berinisiatif dalam APBD 2023-2024 untuk membuat jalur pembuangan air ke Sungai Alalak melalui Desa Terantang di Mandastana," beber Mujiyat.

Sistem pembuangan tersebut direncanakan menggunakan mesin sebagai penyedot, serta pipa untuk mengalirkan air.

"Apabila debit meningkat, air akan langsung disedot menggunakan mesin dan dialirkan melalui pipa. Minimal dibutuhkan tiga mesin penyedot," jelas Mujiyat.

Baca Juga: Warga Terdampak Banjir di Batola Mulai Terima Bantuan

Baca Juga: Kabupaten Banjar Banjir Lagi, Status Tanggap Darurat Diperpanjang

Selain mengurangi dampak banjir, manfaat penyedotan tersebut juga berimbas kepada petani di Jejangkit dan Mandastana.

"Sehingga gagal tanam akibat debit air terlalu tinggi, sudah bisa diatasi," imbuh Mujiyat yang juga Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Kalimantan Selatan.

Jejangkit Terbanyak

Dari dua kecamatan yang terdampak banjir, Jejangkit terbilang paling parah. Meski ketinggian air masih dapat ditoleransi, ribuan warga dari 7 desa hidup dikelilingi air.

"Terbanyak di Desa Jejangkit Muara dengan 1.453 jiwa, Jejangkit Pasar 1.229 jiwa, Jejangkit Timur 1.048 jiwa dan Cahaya Baru 1.017 jiwa," papar Mukti Wahono, Camat Jejangkit.

"Kemudian Desa Jejangkit Barat sebanyak 995 jiwa, Sampurna 729 jiwa dan Bahandang 415 jiwa. Kendati demikian, belum dilaporkan warga yang mengungsi," imbuhnya.

Sementara di Mandastana, sedikitnya 4 desa terdampak banjir dan menghambat aktivitas ribuan warga. Terbanyak berdomisili di Desa Tatah Alayung dengan 204 jiwa.

"Selanjutnya Desa Antasan segera 120 jiwa, Pantai Hambawang 72 jiwa dan Tanipah 24 jiwa," beber Marion Setiawan, Camat Mandastana.

"Adapun kondisi air masih pasang surut, sehingga belum dilaporkan warga yang mengungsi," tandasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner