bakabar.com, MARABAHAN - Sederet upaya maupun perencanaan telah disusun Pemkab Barito Kuala (Batola), terkait penanganan banjir di Kecamatan Jejangkit.
Tercatat sejak awal 2021, seluruh desa di Jejangkit menjadi kawasan langganan banjir, bersama sebagian desa di Kecamatan Mandastana dan Cerbon.
Beragam upaya antisipasi, penanganan dan pemulihan pun telah dilakukan. Selain menggunakan sumber daya yang dimiliki, Pemkab Batola juga berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III dan pihak terkait.
Dalam langkah awal, Pemkab Batola telah mengalokasikan Belanja Tak Terduga (BTT) sebesar Rp800 juta untuk merehabilitasi saluran Ray 7 Tabing Rimbah-Ray 1 Jejangkit Muara sepanjang 11,5 kilometer, dan saluran DIR Sungai Pantai sepanjang 5,4 kilometer.
Dalam rapat yang digelar 9 April 2024 lalu, Bupati Bahrul Ilmi didampingi perwakilan warga dan pihak swasta perusahaan sawit juga kembali membahas kerja sama penanganan banjir.
Beberapa saluran kembali akan ditangani bersama, khususnya yang terhubung dari Jejangkit ke Sungai Barito.
"Akan dilakukan rehabilitasi saluran Ray 7 tembus Ray 1 sepanjang 11,5 kilometer dengan dana BTT sebesar Rp800 juta," jelas Bahrul dikutip dari keterangan tertulis yang dirilis Diskominfo Batola.
Kemudian permohonan bantuan kepada Gubernur Kalimantan Selatan melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk dilakukan normalisasi saluran di Sungai Bamban.
Juga DIR Jejangkit II yang meliputi Sungai Rumbia, Sungai Habaya, dan Sungai Rasau sepanjang 40 kilometer.
Pun perusahaan perkebunan sawit di Jejangkit, diarahkan untuk menormalisasi Ray 21 yang terhubung dengan Ray 3 sepanjang 12 kilometer.
Selanjutnya membuat kesepakatan kerja sama normalisasi saluran Sungai Rumbia sepanjang 15,5 kilometer dan saluran Sungai Habaya sepanjang 14,5 kilometer.
Upaya berikutnya adalah realokasi anggaran rehabilitasi saluran di Dinas PUPR Batola Bidang Sumber Daya Air sebesar Rp3,3 miliar untuk penanganan saluran yang akan berdampak kepada banjir Jejangkit.
Sementara untuk jangka panjang, Pemkab Batola akan bekerja sama dengan akademisi untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, menganalisis, serta mencari solusi yang tepat dan berkelanjutan.
Adapun masyarakat telah menunjukkan kepedulian dan partisipasi aktif dalam penanganan banjir. Mereka bergotong-royong untuk pengerasan jalan maupun membersihkan saluran air.
"Kerja sama tersebut diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengembangkan strategi penanganan banjir yang lebih efektif dan efisien," jelas Bahrul.
Selain penanganan banjir, Pemkab Barito Kuala juga memperhatikan infrastruktur jalan di Jejangkit yang menjadi jalur alternatif jemaah Haul Abah Guru Sekumpul di Martapura.
Dalam APBD 2023, telah dilaksanakan pemeliharaan berkala ruas jalan Sungai Bamban-Jejangkit sepanjang 5 kilometer dengan alokasi anggaran Rp6,5 miliar.
Kemudian dalam APBD 2024, dilakukan peningkatan jalan ruas Jejangkit Muara-Jejangkit Timur sepanjang 1,2 kilometer dengan alokasi anggaran Rp2 miliar.
Sementara melalui APBD 2025, Dinas PUPR Batola telah mengusulkan lanjutan peningkatan Jalan Jejangkit Muara-Jejangkit Timur sepanjang 2 kilometer dengan memanfaatkan hasil efisiensi anggaran.
Sebelumnya dalam APBD 2023, sudah dilakukan rehabilitasi saluran Patih Selera, DIR Sungai Pantai, DIR Cahaya Baru, Sampurna, dan Jejangkit Pasar sepanjang 19,4 kilometer.
Masih dalam tahun anggaran yang sama, juga dilakukan rehabilitasi saluran di Desa Jejangkit Timur sepanjang 10,5 kilometer.
Kemudian Dinas PUPR Kalsel andil menormalisasi DIR Sungai Bamban Tembus Ray 5 sepanjang kurang lebih 4 kilometer, serta BWS Kalimantan III di Jejangkit Ray 5 sepanjang sekitar 3,7 kilometer.
Upaya lain adalah rehabilitasi saluran DIR Sampurna, dalam APBD 2024 sepanjang 4 kilometer, rehabilitasi saluran DIR Cahaya Baru sepanjang 5,2 kilometer, rehabilitasi saluran DIR Tebing Rimbah sepanjang 5 kilometer.
Juga dalam APBD 2024, BWS Kalimantan III melakukan pembuatan tanggul yang membatasi Jejangkit dengan Sungai Alalak sepanjang sekitar 30 kilometer.
Swasta juga berpartisipasi dengan rehabilitasi saluran Sungai Sawahan–Sungai Sakaramai sepanjang 16,7 kilometer di pertengahan 2023. Dilanjutkan normalisasi saluran primer Handil Bakti sepanjang 3,5 kilometer.
"Kami akan fokus dengan rehabilitasi saluran-saluran kewenangan kabupaten di Jejangkit. Kalau memang diperlukan, dibuat saluran baru untuk pencegahan. Selanjutnya baru penanganan dampak banjir seperti perbaikan jalan," tegas Bahrul.
"Kalau upaya tersebut tak dilaksanakan, bukan tidak mungkin tahun depan terjadi banjir kembali dan perbaikan jalan menjadi sia-sia," imbuhnya.
Dengan semangat gotong-royong dan sinergi antarpemangku kepentingan, diharapkan Jejangkit tidak lagi menjadi langganan banjir.
"Saya berharap masyarakat dapat memahami bahwa upaya kolaboratif diharapkan dapat mempercepat perbaikan yang diperlukan demi kesejahteraan masyarakat," pungkas Bahrul.