bakabar.com, JAKARTA – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil angkat bicara mengenai rencana impor 1 juta ton beras yang akan dilakukan pemerintah pusat.
Menurut Kang Emil, ketimbang pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan impor beras, yang jelas merugikan petani lokal, lebih baik menyerap beras berasal dari wilayah Indonesia, utamanya Jawa Barat.
"Daripada impor, sebaiknya beli saja beras petani kita sendiri," katanya belum lama tadi.
Keberpihakan Kang Emil pada para petani, bukan tanpa alasan. Dia meminta rencana impor beras ditunda atau dibatalkan sama sekali.
Karena sampai April 2021, untuk Jawa Barat saja tercatat surplus beras 322 ribu ton. Dan sebentar lagi, akan panen raya. Menghasilkan beras yang berlimpah.
"Jika kemudian terjadi banjir beras impor, maka harga beras petani lokal bakal jatuh, dan tidak terserap pasar," ucapnya menyampaikan aspirasi para petani usai berkomunikasi langsung via video conference.
Sejumlah perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) curhat mengenai rencana impor beras. Kang Emil membeberkan dari Cirebon ada Gapoktan yang biasa Bulog beli berasnya 120-130 ribu ton, sekarang menurun menjadi 21 ribu ton.
"Masa sudah beras banyak, mau impor juga. Kalau posisinya krisis beras, saya kira masuk akal ya, tapi ini surplus di Jabar," ujarnya.
Kang Emil mengingatkan semua pihak jangan sampai impor beras malah mengancam kesejahteraan petani yang tengah diangkat derajat dan martabatnya melalui berbagai program rancangan Pemprov Jabar.
"Maka kami usulkan ke pemerintah, agar menunda beras impor, maksimalkan saja produksi Jabar yang melimpah," tegasnya.
"Jangan sampai sekarang pas mau panen raya, nanti harga beras petani lokal kebanting, kan kasihan. Ayo kita selalu semangat swasembada dan membeli produk-produk pangan lokal," pesan suami Atalia Praratya itu.
Data BPS
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut rata-rata konsumsi beras per kapita per tahun di Jabar sebanyak 128,4 kg.
Jumlah penduduk Jawa Barat sekarang di kisaran 49.350.000 orang. Jika dihitung, angka penduduk sebanyak itu memerlukan beras sekitar 6.000.400 ton per tahun.
"Yang disampaikan Pak Gubernur adalah hitungan kami dari kacamata panen bulan Januari dan Februari, Maret-April, itu kan ada potensi panen," ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Dadan Hidayat menambahkan.
Potensi panen, lanjut Dadan, yang menetapkan adalah BPS. Pihaknya sudah mengonfirmasi terkait angka 322 ribu ton beras, sampai dengan bulan April.
"Dan juga April ini memang lagi panen raya. Ini persoalan yang faktual, aspirasi dari petani langsung, kok tiba-tiba mau impor beras?," tuturnya heran. (*)