bakabar.com, SOLO - Peletakan batu pertama Rumah Sakit Kardiologi Emirat-Indonesia digelar Senin, (27/11). Peletakan batu pertama hibah dari Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) tersebut dilakukan di atas lahan seluas dua hektar di Kawasan Solo Technopark (STP).
Dihadiri Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Duta Besar Uni Emirat Arab untuk Indonesia HE Abdulla Salem Obaid Salem Al Dhaheri, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Azhar Jaya, Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, Wakil Wali Kota Solo Teguh Prakosa dan pejabat di lingkungan Pemkot Solo.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Azhar Jaya menuturkan, anggaran pembangunan rumah sakit tersebut sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah UEA. Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia khususnya Pemkot Solo hanya diminta untuk menyediakan lahan pembangunan saja.
Baca Juga: Genjot Kepemilikan Aset, OJK: Bank Syariah Perlu Konsolidasi
"Pembangunan rumah sakit kardiologi Emirat Indonesia merupakan hibah bangunan berupa rumah sakit khusus jantung. Lokasinya rumah sakit ini berada di lahan milik Pemkot Solo yaitu di Kawasan Technopark (STP) dengan hak pakai nomor 00105," terangnya.
Azhar menambahkan operasional dan manajemen RS nantinya akan diserahkan pada Pemerintah Indonesia setelah pembangunan selesai.
Rumah sakit khusus jantung Emirat Indonesia ini juga bakal dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Beberapa diantaranya mulai dari rawat jalan yang terdiri 10 ruang konsultasi, ruang observasi monitoring, kamar khusus treadmill, prosedur jantung dan prosedur neurologi.
Selain itu ada pula kamar VIP, perawatan umum, kamar isolasi, ruang operasi, unit perawatan koroner, PICU, ICU, DSU, IGD, dan fasilitas lainnya.
"RS ini nantinya akan menggunakan panel surya, memiliki penampungan air hujan dan mengurangi carbon footprint. RS juga akan dilengkapi dengan fasilitas olahraga seperti jalur lari, area landscape, fitness, dan public space.
Baca Juga: OJK Luncurkan Peta Jalan Tingkatkan Daya Saing Bank Syariah
Kemudian fasilitas penunjang rumah sakit sudah dilengkapi kamar jenazah, fasilitas dapur, pentri, dan sebagainya. Pembangunan ini akan berprinsip gedung hijau atau green building," tandas Azhar.
Sementara itu, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan pembangunan rumah sakit kardiologi ini dipilih karena tingkat kematian paling tinggi di Indonesia.
"Kenapa jantung, kardiovaskular itu bisa jantung, bisa stroke, karena penyakit ini kematian paling tinggi di Indonesia. Yang dicatat aja 650 ribu yang meninggal setahun," ungkapnya.
Baca Juga: Segera! RI-China Bakal Bangun Pabrik Baterai EV di Indonesia
Dirinya mengakui, bahwa untuk fasilitas untuk penyakit jantung dan stroke di Indonesia masih kurang.
"Jantung stroke ini bila ditangani kurang dari 4 jam maka 90 persen kita sembuh, tapi karena fasilitas kurang jadi telat, lewat dari 4 jam turun," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa nantinya rumah sakit kardiologi ini bisa menjadi rujukan untuk pasien dari luar daerah Kota Solo.
"Orang luar juga bisa datang ke sini, ini menunjukkan Raja UEA ingin bener bisa melayani masyarakat Indonesia melalui rumah sakit ini. Ini menunjukkan niat dari UEA melayani masyarakat Indonesia," pungkasnya.