Ekosistem Kendaraan Listrik

Indonesia Diprediksi Jadi Raksasa Baterai Kendaraan Listrik di 2034

Indonesia Battery Corporation (IBC) optimis Indonesia bakal menjadi raja baterai kendaraan listrik di dunia sebentar lagi. Hal itu seiring dengan target produks

Featured-Image
Baterai motor listrik konversi. Foto: Harun/apahabar.com

bakabar.com, JAKARTA - Indonesia Battery Corporation (IBC) optimis Indonesia bakal menjadi raja baterai kendaraan listrik di dunia di masa depan. Hal itu dapat tercapai seiring dengan target produksi baterai dari IBC sebesar 50 Giga Watt hour (GWh) di tahun 2034 mendatang.

Direktur Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan jika Indonesia ingin menjadi raksasa baterai kendaraan listrik, target itu harus tercapai. Karena itu, pihaknya telah membuat roadmap atau peta jalan untuk menargetkan produksi baterai sebesar 10 GWh pada 2024.

"Kita lihat bahwa dari Kementerian BUMN sudah sepakat untuk mengembangkan industri baterai ini untuk sampai 2034 dari segi tahapan yang strategis. Jadi bisa dilihat di 2024 kita akan ada 10 GWH pertama, Gigawat pertama untuk otomotif," kata dia dalam RDP bersama Komisi VII, Senin (27/11).

Baca Juga: OJK Luncurkan Peta Jalan Tingkatkan Daya Saing Bank Syariah

Toto juga menekankan pihaknya tidak hanya mengembangkan industri batrei tersebut untuk sektor otomotif. Namun juga untuk pembangunan Sistem Penyimpanan Energi atau Energy Storage System (ESS). Pasalnya, ESS cukup penting untuk mendukung pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia.

Karena itu, kata dia, pihaknya menargetkan capaian bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 13 persen di 2024. Guna mendukung hal itu ia salah satunya ia akan membangun stasiun penukaran baterai listrik sekitar 5.000 unit.

Baca Juga: Nikel Diburu untuk EV, Pengamat: Produksi Baterai Baiknya di Indonesia

Adapun pada periode 2034 mendatang, pihaknya juga telah memetakan untuk pembangunan stasiun pengisian baterai kendaraan listrik sejumlah 11 ribu unit dan stasiun penukaran baterai hingga 119 ribu unit.

"Ini yang kami kerjakan juga tentunya dengan support dari teman-teman PT Antam, bagaimana kita melakukan hilirisasi dari hulu sampai hilir, sehingga produksi baterai, baik untuk ESS ataupun untuk EV terjadi di Indonesia dengan melakukan hilirisasi tambang dari Antam dan ini kerjasama yang saat ini sudah dikerjakan, terutama dengan CATL," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner