bakabar.com, JAKARTA - Zaman terus berkembang, namun ketimpangan gender tak kunjung tumbang. Di India, misalnya, anak lelaki lebih dielu-elukan ketimbang perempuan, sampai tidak jarang para istri dipaksa untuk terus melahirkan.
Hal itulah yang menjadi salah satu faktor membludaknya jumlah penduduk India. Kini, Anak Benua bahkan sukses menggeser Cina sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia.
Secara keseluruhan, angka kelahiran di India sebenarnya kian melandai dari tahun ke tahun. Namun, masih ada sejumlah negara bagian yang menanamkan bias bagi ahli waris laki-laki, yang lantas menjadikannya sebagai ‘mesin pertumbuhan’ populasi nasional.
Bihar adalah salah satu contohnya. Tak sedikit warga di negara bagian itu yang masih meyakini prinsip “banyak anak, banyak rezeki.” Banyak anak dianggap sebagai cara jitu untuk mendapat lebih banyak anggota keluarga yang berpenghasilan.
Mereka pun masih menjunjung tinggi privilege anak lelaki. Kepala Population Foundation of India (PFI), Chandra, menjelaskan hal itu beranjak dari kepercayaan bahwa anak lelaki akan terus mendukung orang tuanya, sekali pun mereka sudah menikah.
“Melahirkan anak laki-laki berarti penghormatan dan kebanggaan bagi keluarga dan ibu,” ujarnya kepada AFP, dikutip Minggu (7/5).
Sebaliknya, anak perempuan justru dinilai memberatkan lagi merepotkan. Mereka dianggap ‘mahal’ karena ketika menikah, tradisi mahar dibayarkan oleh orang tua dari sang mempelai wanita.
Ironisnya, banyak orang tua yang ‘lepas tangan’ dari tanggung jawab membesarkan anak perempuan. Mereka dinikahkan di usia dini, dengan harapan hidupnya kini menjadi tanggung jawab suami, sehingga tak lagi memberatkan orang tua.
Hal tersebut sebagaimana yang dialami Jamaila Devi. Wanita asal Bihar itu dinikahkan oleh orang tuanya di usia 14 tahun. Alih-alih bahagia, kehidupan Devi setelah menikah justru jadi sengsara.
Betapa tidak, dirinya terus dipaksa untuk melahirkan anak laki-laki. Sang suami mengatakan padanya bahwa Devi baru diperbolehkan ‘berhenti’ hamil ketika sudah melahirkan dua anak laki-laki.
“Saya pikir kami akan merasa nyaman dengan satu atau dua anak. Tapi kami justru punya anak perempuan dulu, dan karena itu kami punya tujuh anak,” ungkapnya, dikutip dari Channel News Asia.
Kini, Devi hidup bersama tujuh anaknya di sebuah gubuk kecil. Hanya terdapat satu kamar yang dilengkapi televisi kecil, kipas angin tua, dan beberapa poster dewa Hindu menghiasi dindingnya.
Sementara suami Devi, Subhash, pergi merantau ke New Delhi dengan harapan mendapat pekerjaan yang layak. Sayang, penghasilannya sebagai buruh pabrik tidak cukup menutupi semua kebutuhan Devi dan buah hatinya.