bakabar.com, JAKARTA – Tahun Baru Imlek di China jatuh pada 5 Februari 2019. Mulai Senin 4 Februari 2019 seluruh perkantoran dan sekolahan, termasuk kantor perwakilan asing, tutup hingga 11 Februari 2019 mendatang.
Dilansir Antara, kepadatan arus mudik sudah terjadi sejak menjelang akhir bulan lalu. Suasana Kota Beijing sepi. Sama seperti Kota Jakarta pada Hari Raya Idul Fitri, dan baru akan pulih seperti sedia kala pada awal bulan depan.
Tahun Baru Imlek yang disebut juga “xin chun” merupakan perayaan terbesar bagi warga China, baik di daratan, kepulauan, maupun di negara perantauan.
Selain kembang api dan petasan yang sejak dua tahun lalu dilarang dengan alasan logis, ada beberapa hal lain yang tidak bisa dinalar secara logis untuk dijauhi karena alasan tabu.
Menyapu atau membuang sampah merupakan hal yang harus dihindari pada hari pertama Imlek.
Kalau sampai itu dilakukan berarti seseorang telah membuang keberuntungan dan harta kekayaan dari rumahnya.
Namun hal itu bukan berarti seseorang atau keluarga meninggalkan rumah dalam keadaan kotor atau berantakan.
Baca Juga:Warna Merah Identik dengan Perayaan Tahun Baru Imlek, Mengapa?
Bersihkan rumah sebelum tengah malam pergantian tahun sehingga dapat digambarkan sebagai bentuk ikhtiar membersihkan sisa-sisa nasib buruk sebelum tahun baru tiba.
Dari Muntok, Provinsi Bangka Belitiung, warga masih memegang tradisi membuka pintu malam hari menyambut pergantian tahun baru imlek.
“Tradisi buka pintu lebar-lebar tepat pada saat tengah malam pergantian tahun merupakan sebuah simbol harapan akan datangnya berkah,” kata pemerhati budaya Tionghoa Bangka, Suwito Wu.
Selain membuka pintu lebar lebar, warga yang merayakan imlek juga tak tidur menunggu hingga lewat pukul 24.00 Wib.
Menurut dia, tradisi itu dimaksudkan karena pada saat pergantian hari tepat tengah malam adalah saat tepat untuk menyambut berkah masuk ke dalam rumah.
Kembali ke dataran China, sepuluh hari sebelum Tahun Baru Imlek, warga di sana sudah mulai mendekorasi rumahnya. Dengan berbagai pernik berwarna merah sebagai simbol keberuntungan dilengkapi gambar atau boneka babi karena tahun ini bershio babi.
Baca Juga:Pengamanan Imlek 2019: Polda Kalbar Terjunkan Ribuan Personel
Tidak ketinggalan aksara-aksara Hanzi bersuku kata “Fu” yang berarti keberuntungan juga bertebaran di mana-mana.
Imlek juga identik dengan membagi-bagikan amplop merah atau “hongbao” berisi uang selain juga hadiah lainnya berupa buah, khususnya jeruk keprok, yang melambangkan keberuntungan.
Tapi, jangan sekali-kali memberikan hadiah dalam bentuk jam tangan. Memberikan arloji yang bahasa Mandarinnya “song zhong” pengucapannya sama dengan “song zhong” yang berarti upacara kematian, meskipun ada perbedaan penulisan pada karakter Hanzi yang kedua, sehingga pantang dilakukan pada saat Imlek.
Jam juga melambangkan kehabisan waktu yang berarti juga tidak elok jika dihadiahkan kepada keluarga atau sanak famili yang sudah berusia lanjut.
Saat Imlek datang, warga yang merayakannya biasanya berpakaian yang didominasi warna merah.
Bagi yang bukan warga China, kalau diundang acara Imlek, jangan ragu untuk mengenakan pakaian merah menyala.
Jangan sampai pada saat Tahun Baru Imlek mengenakan pakaian warna putih atau hitam. Kedua warna ini identik dengan upacara kematian.
Perayaan Imlek merupakan momentum makan bersama keluarga dengan hidangan lezat seperti pangsit atau dumpling atau “jiaozi” dalam bahasa Mandarinnya.
Warga China sangat meyakini bahwa semakin banyak makan jiaozi semakin kayalah seseorang pada tahun yang akan datang.
Sebaliknya hindari makan bubur pada hari pertama tahun baru China karena makanan dalam bentuk nasi dengan kadar air tinggi itu dikenal sebagai makanan orang miskin.
Sarapan bubur pada hari pertama Imlek bisa membawa kemiskinan pada tahun mendatang, demikian People’s Daily.
Baca Juga:Kelenteng Soetji Nurani Siap Sambut Tahun Baru Imlek 2570
Editor: Fariz Fadhillah