Berita Barito Kuala

Imbas Karhutla di Batola, Penderita ISPA hingga Pneumonia Meningkat

Terimbas kebakaran hutan dan lahan (karhutla), penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) hingga pneumonia di Barito Kuala (Batola) terus meningkat.

Featured-Image
Upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan yang terjadi Barito Kuala. Foto: Antara

bakabar.com, MARABAHAN - Terimbas kebakaran hutan dan lahan (karhutla), penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) hingga pneumonia di Barito Kuala (Batola) terus meningkat.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Batola, tercatat 776 kasus ISPA hingga 2 Oktober 2023 atau bertambah 127 kasus dibanding sepekan sebelumnya.

Itu belum termasuk kasus pneumonia sebanyak 12 kasus. Juga terjadi penambahan sebanyak 6 kasus dibanding sepekan sebelumnya.

Sementara di level provinsi, kasus ISPA di Batola menempati peringkat ketiga terbanyak di bawah Banjarbaru dan Banjarmasin.

Di sisi lain, total kejadian karhutla di Batola juga terus membengkak. Merujuk data Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batola hingga 1 Oktober 2023, telah ditangani 101 kejadian karhutla.

Sedangkan luas lahan yang terbakar mencapai 346,15 hektare, terluas di Kecamatan Jejangkit dengan 230,95 hektare. Kemudian Kecamatan Mandastana 32,7 hektare dan Marabahan 26,2 hektare.

"Kami hanya berharap semoga karhutla tidak bertambah dan bisa diatasi," papar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Batola, Dwikorawati, Senin (2/10).

Baca Juga: Sikapi Keberingasan Karhutla, Batola Tetapkan Status Tanggap Darurat

Baca Juga: Dilalap Karhutla, Ruang Kelas dan Rumah Dinas Guru SDN Bahandang 1 di Batola Luluh Lantak!

"Namun sehubungan dengan peningkatan kasus ISPA, kami mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan dengan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS)," imbuhnya.

Tidak kalah penting memperbanyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi, mengingat suhu harian dapat mencapai 38 derajat celcius.

"Juga dianjurkan menggunakan masker untuk mengurangi asupan asap, serta menghindari sementara mengonsumsi es agar terhindar dari radang tenggorokan," beber Dwikorawati.

Kendati peningkatan jumlah karhutla dan penderita ISPA berjalan beriringan, Batola belum direkomendasikan menerapkan Work From Home (WFH) dan daring selektif.

"Untuk WFH dan daring selektif di sekolah, baru direkomendasikan di Banjarbaru dan Banjarmasin," tukas Dwikorawati.

Terkait daring selektif, Dinas Pendidikan Batola juga terus memantau kepekatan kabut asap, sebelum mengeluarkan aturan tentang perubahan atau pembatasan jam belajar sekolah.

"Kami akan terus memantau situasi, terutama di kawasan terdampak," sahut Kepala Dinas Pendidikan Batola, Sumarji, dalam kesempatan terpisah.

"Kalau sangat mengganggu, harus diambil langkah-langkah tertentu. Di sisi lain, keputusan belajar di rumah juga harus memperhatikan kebutuhan siswa," pungkasnya.

Baca Juga: Karhutla di Semangat Dalam Batola, Relawan Pemadam Mulai Kewalahan

Baca Juga: Dampak Karhutla di Alalak Batola, Warga Kompleks HBI Alami Sesak Napas

Editor
Komentar
Banner
Banner