bakabar.com, JAKARTA – Ibu Kota Nusantara (IKN) yang terletak di Kalimantan Timur, ditetapkan sebagai kota pertama di Indonesia yang memiliki konsep kota hutan berkelanjutan dan menjadi netral karbon.
Artinya, seluruh bagian yang ada di IKN, telah disiapkan untuk menjadi ramah lingkungan dan menerapkan kebijakan net zero emission.
Net zero emission merupakan kebijakan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan bakar fosil, untuk mengurangi peredaran emisi karbon yang berasal dari bahan bakar fosil.
Baca Juga: IKN Masuk dalam Sepuluh Daftar Prioritas Proyek Strategis Nasional
Dampak dari emisi karbon adalah pencemaran lingkungan yang akan mengakibatkan perubahan iklim.
Perubahan iklim tersebut ditandai dengan kenaikan suhu global, yang saat ini, perlu dibatasi hingga 1,5 Celcius di atas.
Kenaikan suhu tersebut dapat menyebabkan terjadinya lelehan es di kutub yang berimbas pada kenaikan volume air di laut.
Baca Juga: Menkeu: Aset Senilai Rp1.464 Triliun Perlu Dikelola saat Pindah ke IKN
Untuk itu, banyak negara di dunia, kemudian menerapkan kebijakan bebas emisi karbon atau net zero emission untuk mencegah perubahan iklim.
Selain Indonesia, terdapat negara lain yang sudah menerapkan kebijakan net zero emission. Berikut rangkumannya:
1. Bhutan
Bhutan merupakan negara yang berlokasi di sebelah timur pegunungan Himalaya. Negara tersebut menjadi yang pertama di dunia, dalam penerapan kebijakan net zero emission.
Negara tersebut memiliki wilayah yang didominasi oleh hutan-hutan, yang dapat menyerap sampai dengan sembilan juta ton CO2 per tahun.
Baca Juga: Bersiaplah! Mobil Terbang Menghiasi Langit IKN di Tahun 2024
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah Bhutan terus mengawasi luas dari wilayah hutannya, supaya tetap di atas 60 persen dari area penduduk.
Untuk itu, Buhtan telah menerapkan kebijakan untuk melarang semua kegiatan penebangan pohon sejak tahun 1999.
Untuk menjaga areanya tetap hijau, pemerintah Bhutan, juga membangun penbangkit listrik tenaga air, untuk mencegah adanya produksi emisi karbon di negaranya.
2. Suriname
Suriname menjadi negara kedua yang sudah menerapkan kebijakan net zero emission. Negara tersebut, sudah menerapkan kebijakan bebas emisi karbon sejak tahun 2014.
Baca Juga: Jadi Kota Modern, IKN Siap Uji Coba Mobil Terbang
Area suriname didominasi oleh area hutan, hampir mecapai 93 persen dari seluruh wilayah negaranya.
Pada awal 2020 Suriname bahkan memperbarui komitmen Nationally Determined Contributions (NDC) untuk memastikan target pemanasan global tidak melebihi 1,5°C yang disepakati dalam perjanjian Paris pada 2015.
3. Panama
Panama menjadi negara yang total luas wilayahnya, didominasi oleh area hutan. Total area hutan yang dimiliki negara tersebut mencapai 53 persen.
Bahkan, pemerintah negara Panama, berkomitmen untuk menambah area hutan sampai dengan 50 ribu hektare hingga 2050.
Baca Juga: Bersiaplah! Mobil Terbang Menghiasi Langit IKN di Tahun 2024
Dalam konferensi terkait iklim COP26 di Glasglow pada tahun 2021, Panama ditunjuk sebagai negara yang telah berhasil mencapai negatif karbon dari 193 negara PBB.
4. Guyana
Guyana yang merupakan slaah satu negara penghasil minyak dan gas. Minyak menjadi salah satu penghasil emisi karbon yang merusak lingkungan.
Tapi, negara tersebut menerapkan kebijakan net zero emission. Bahkan menjadi negara penghasil emisi nol karbon global.
Baca Juga: Bersiaplah! Mobil Terbang Menghiasi Langit IKN di Tahun 2024
Bahkan Guyana memiliki area hutan yang sangat luas, totalnya mencapai 18 juta hektare. Total area hutan yang luas tersebut, mampu menampung hingga 19,5 gigaton karbon per tahun.
Untuk itu, Guyana dinobarkan sebagai salah satu negara yang sudah sukse dalam penerapan kebijakan net zero emission.
5. Madagaskar
Selain bebas dari emisi karbon, Madagaskar menjadi salah satu negara yang sempat tercatat memiliki jumlah emisi berjumlah negatif.
Tapi, sampai dengan saat ini, negara tersebut justru mengalami deforestasi, atau penggundulan hutan yang sangat cepat.
Baca Juga: Otorita: Spanyol dan Finlandia Berminat Kerja Sama Bangun IKN
Bahkan, disebut akan Madagaskar menjadi salah negara penghasil emisi, mencapai 22 mega ton CO2e pada 2030.
Untuk itu, pemerintah Madagaskar berkomitmen untuk memperbaiki area hutan yang sudah gundul, hingga kembali hijau.