bakabar.com, BANJARMASIN – Mengidap penyakit kulit akut, kondisi kesehatan tiga bersaudara di Banjarmasin Utara ini terus mengundang perhatian.
Secara kasat mata, memang tak terlihat keanehan pada kulit Yasin Ganie (12), Arif Maulana (11) dan Saheer Akbar (9) anak dari pasangan Sutadi (77) dan Sri Lestari (43) itu.
Namun konsekuensi pasti akibat penyakit kulit tersebut, ketiganya kini tak lagi bisa bersekolah selayaknya bocah pada umumnya.
Para orang tua siswa di sekolah tempat ketiganya menimba ilmu cemas jika anak mereka tertular.
Maka, sampai hari ini ketiganya terpaksa harus belajar dari rumah alias homeschooling.
Pilu 3 Bocah Banjarmasin: Idap Penyakit Kulit, Tak Sekolah karena Ortu Siswa Takut Tertular
Kondisi demikian sudah berlangsung sebulan lamanya.
Lantas penyakit kulit apa sebenarnya yang menjangkiti ketiga bocah tersebut?
Belakangan terungkap, penyakit kulit yang diderita ketiga anak tersebut adalah scabies alias kudis.
Kepala Dinas Kesehatan Banjarmasin, Muhammad Ramadan menduga timbulnya ruam kulit itu akibat faktor lingkungan tempat tinggal.
"Ya pengaruh mandi dan makan tidak higienis, kan jadi alergi lingkungan sekitar," ujarnya dihubungi bakabar.com, Selasa (26/7).
Sebagai gambaran, rumah ketiganya berada di sebuah gang sempit kawasan Sungai Awang, Banjarmasin Utara.
Rumah mereka berada di atas sungai, selayaknya permukiman masyarakat di Banjarmasin pada umumnya.
Bedanya, kondisi rumah berukuran 3×3 meter yang satu ini bisa dibilang sudah tak layak huni.
Sejumlah dinding dan lantai rumah tampak rapuh. Bolong-bolong. Bila hujan turun, tetesan airnya merembes melewati sela-sela atap.
Hanya terdiri satu ruangan, segala aktivitas keseharian mereka dilakukan di rumah kayu berdindingkan seng itu. Mulai tidur, makan hingga MCK.
Sepeninggal Sutadi, praktis hanya Sri Lestari yang mengurus hidup ketiga anaknya. Belakangan,kepiluan ketiganya harus bertambah.
Kini ketiga bersaudara itu dipaksa mandiri oleh keadaan. Sri didiagnosis mengidap gangguan jiwa.
Sementara sang ayah sampai saat ini belum diketahui keberadaannya.
Membantu meringankan beban ketiganya, secercah harapan kemudian datang dari Pemkot Banjarmasin.
Dimulai dari tempat tinggalnya, Ramadan memastikan akan diperbaiki oleh instansi terkait.
“Kiranya penyakit kulit yang diderita anak tersebut juga bisa sembuh,” ujarnya.
"Puskesmas juga turun mendampingi perbaikan pola hidup ketiganya,” sambungnya.
Agar bisa sekolah lagi, kata Ramadan, saat ini ketiga anak tersebut ditangani intens dokter spesialis anak RSUD Sultan Suriansyah.
Tak hanya ketiganya, begitu pula dengan Sri. Ia kini dirawat oleh dokter kejiwaan di RS milik Pemkot tersebut.
Bisa saja Sri dirujuk ke RS Sambang Lihum, Kota Banjarbaru. Namun siapa yang akan menjaga ketiganya?
"Jadi rawat jalan saja, dan dipantau oleh Puskesmas Kayutangi," ucapnya.
"Ibunya itu pasien dari Handil Bakti, memang diobati dulu kemarin tapi hilang komunikasi," pungkasnya.
Ramadan menekankan biaya pengobatan sekeluarga ini dijamin gratis. Ibunya juga memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS).
"Namun kami tidak bisa memastikan, sampai kapan penyakit itu terus menjangkiti ketiganya,” ujarnya.