News

Heboh! Elite Rusia Ingin Lengserkan Putin

apahabar.com, JAKARTA – Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyerang Ukraina berpotensi menjadi senjata makan tuan…

Featured-Image
Vladimir Putin mengancam status kenegaraan Ukraina bisa hilang apabila terus melakukan melawan agresi militer Rusia. Foto-AP/Alexei Druzhinin

bakabar.com, JAKARTA – Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyerang Ukraina berpotensi menjadi senjata makan tuan bagi dirinya. Orang nomor satu di Kremlin itu kini terancam digulingkan oleh sekelompok elit Rusia yang tidak puas dengan langkahnya itu.

Kelompok khusus untuk melengserkan Putin pun diyakini sudah dibentuk. Hal itu diungkapkan Kepala Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina, Minggu (20/3/2022) waktu setempat.

“Keracunan, penyakit mendadak, kecelakaan, elit Rusia sedang mempertimbangkan untuk mencopot Putin,” katanya, dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (21/3/2022)

“Tujuan mereka adalah untuk menyingkirkan Putin dari kekuasaan sesegera mungkin dan memulihkan hubungan ekonomi dengan Barat, yang hancur karena perang di Ukraina.”

Kelompok ini juga sudah menunjuk calon pengganti pria berusia 69 tahun itu. Ia adalah Direktur Layanan Keamanan Federal (FSB) Alexander Bortnikov.

Bortnikov sendiri disebut sedang tak akur dengan Putin. Ia disalahkan Putin karena “kesalahan perhitungan serangan ke Ukraina” yang dianggap terlalu lama dan mahal”.

“Bortnikov dan departemennya bertanggung jawab untuk menganalisis suasana hati penduduk Ukraina dan kapasitas tentara Ukraina,” kata Direktorat tersebut

Sementara itu, seruan membunuh Putin dari dalam diutarakan senator AS, Lindsey Graham. Ia meminta elit Rusia bergerak.

“Jika (Putin) terus menjadi pemimpin, maka dia akan membuat Anda terlibat dengan kejahatan perang,” kata Graham, berbicara kepada orang-orang Rusia.

“Jadi saya berharap seseorang di Rusia akan mengerti bahwa dia sedang menghancurkan Rusia dan Anda harus mengeluarkan orang ini dengan segala cara yang mungkin.”

Sebelumnya, sejumlah badan meramalkan kontraksi di ekonomi Rusia kuartal media (Q2) ini. JPMorgan meramal ekonomi negatif 35%.

“Sanksi dan keputusan bisnis asing untuk menghentikan sementara atau menghentikan operasi Rusia telah menyebabkan kemacetan dalam perdagangan internasional, pengurangan output, dan gangguan rantai pasokan,” tulis ahli strategi JPMorgan Anatoliy Shal dalam sebuah catatan untuk klien berjudul “Rusia: Berhenti tiba-tiba”, dikutip CNBC International.

“Kejutan menyiratkan potensi output yang lebih rendah, yang akan disertai dengan lonjakan harga. Krisis kredit akan menambah rasa sakit, meskipun ada tanda-tanda bahwa penurunan di bank berkurang.”

Pertumbuhan setahun juga direvisi. PDB yang sebelumnya diprediksi ekspansi 2% akan minus 7% (yoy).



Komentar
Banner
Banner