News

Hasil Riset BKKBN: 9,8 Persen Anak Indonesia Alami Gangguan Kesehatan Jiwa

apahabar.com, JAKARTA – Hasil riset Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) terhadap anak Indonesia, menunjukkan fakta…

Featured-Image
Kecanduan penggunaan gawai ikut memacu peningkatan gangguan kesehatan jiwa anak. Foto: Media Indonesia

bakabar.com, JAKARTA – Hasil riset Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) terhadap anak Indonesia, menunjukkan fakta kurang menggembirakan.

Berdasarkan berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesda) yang dirangkum akhir 2018, mental anak-anak Indonesia mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan atau eror sebesar 9,8 persen.

Pendataan Rikesda yang dilakukan lima tahun sekali ini juga menunjukkan bahwa eror anak Indonesia meningkat. Sebelumnya berdasarkan hasil riset 2013, tingkatan eror itu hanya 6,1 persen.

“Anak-anak yang mengalami eror itu sulit diajak maju dan belajar,” papar Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, seperti dilansir Antara, Selasa (26/7).

“Pekerjaan mereka hanya mengeloni atau bermain ponsel, lalu lama-kelamaan hidup di alam dan pikiran sendiri,” imbuhnya.

Kondisi gangguan jiwa ringan itu terjadi karena stres dan sering hidup di alam sendiri. Ditambah keberadaan gawai, anak-anak semakin sulit diatur dan diajak untuk maju.

“Banyak anak justru menjadi banyak masalah, sehingga gawai ikut membuat anak susah diatur. Itu banyak terjadi di lingkungan. Meski berbadan sehat, tapi mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan,” tegas Hasto.

“Makanya orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan, ketika anak mengalami gangguan kesehatan jiwa ringan. Dalam situasi ini, peran pendamping akan sangat dibutuhkan,” sambungnya.

Upaya pendampingan ini semakin penting, karena gangguan jiwa berat telah meningkat menjadi 7 per 1.000 anak.

Belum ditambah anak kecanduan narkoba yang mencapai 5,1 persen. Akibatnya rumah tahanan semakin penuh dengan 60 persen tahanan anak kecanduan narkoba.

“Kami berharap orang tua memberikan pengasuhan, perawatan dan pengawasan yang baik agar jangan sampai anak mengalami gangguan mental berat,” tandas Hasto.



Komentar
Banner
Banner