bakabar.com, BALIKPAPAN – Klinik Juanson yang berada di Balikpapan digugat oleh pasien melalui Kuasa Hukumnya, HM Selle S. Hal ini dikarenakan klinik Juanson diduga melakukan kesalahan dalam pemeriksaan lab PCR yang dirasa merugikan pasien yang menggugat tersebut.
Selle mengatakan kliennya sangat kecewa dan setres dengan pelayanan Klinik Juanson tersebut. Kuasa Hukum yang beralamat di Pandansari, Balikpapan Barat ini pun melayangkan somasi terhadap Klinik Juanson, hanya saja belum mendapat respon.
“Kami sudah melakukan somasi terkait keberatan klien kami atas hasil lab PCR, namun tidak ada jawaban sama sekali dari Klinik Juanson. Seharusnya kan dijawab dan direspon secara tertulis atau diajak bertemu atau berunding. Karena klien kami konsumen tetap di klinik tersebut,” ujarnya.
Persoalan ini terjadi dikarenakan kliennya bersama keluarganya berjumlah enam orang ituberencana berangkat ke Makassar untuk takziah. Mereka pun melakukan pemeriksaan PCR sebagai syarat perjalanan udara di Klinik Juanson pada tanggal 7 Oktober lalu sekira pukul 11.00 WITA.
“Klien kali dalam rangka menghadiri acara keluarga yang sedang berduka bersama rombongan keluarganya enam orang. Hasilnya saat itu positif SARS-CoV-2 (CT : 33.21),” terang Selle.
Menurut Selle, saat itu klien dan keluarganya dalam kondisi sangat sehat dan tidak ada gejala sakit apapun. Namun akibat hasil positif tersebut, mereka pun gagal berangkat bersama suami dan tiga orang anaknya.
Kliennya pun berinisiatif mencari klinik lain untuk melakukan tes PCR dan baru mendapatkan klinik pada besok harinya yakni tanggal 8 Oktober. Rupanya di klinik tersebut hasilnya negatif Covid-19.
“Nah ini yang jadi membingungkan, yang mana yang benar, karena seluruh anggota rumah yang satu rumah saja semua sehat. Tapi klien kami sudah merasa dirugikan dengan hasil lab yang positif tersebut. Klien kami hanya ingin kekecewaan kami dijawab dan direspon Klinik Juanson, bukan dibiarkan saja,” ungkapnya.
Selle menyesalkan adanya kejadian ini. Ia pun mempertanyakan mengapa hasil Lab PCR bisa berbeda dari satu klinik ke klinik lain. Bahkan ia mempertanyakan angka kasus positif di Balikpapan bisa jadi tidak semuanya positif.
“Kalau makin banyak hil PCR yang positif, secara nasional bisa naik pandemi lagi bahaya ini. Ada apa dong, apakah pandemi ini dibuat-buat supaya pengusaha kesehatan terus meraup keuntungan, sedangkan masyarakat makin menderita, terombang-ambing dalam aturan tidak menentu seperti ini,” jelasnya.
Ia menduga pemerintah melakukan penyesatan terhadap rakyatnya.
“Siapa yang bertanggungjawab terhadap kerugian masyarakat juga tidak jelas. Kuat diduga bahwa pemerintah ini telah melakukan penyesatan terhadap rakyatnya,” pungkasnya.
Sementara itu dikonfirmasi kepada pihak Klinik Juanson, belum bisa memberikan keterangan rinci.
“Tiap hasil laboratorium nggak bisa dibanding-bandingkan pak,” ujar perwakilan Klinik Juanson yang enggan disebutkan namanya.
Pihak Juanson mencontohkan penjelasan dari Pakar Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gajah Mada, dr Titik Nursyastuti bahwa terdapat beragam faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil uji swab PCR. Salah satunya yaitu faktor waktu dan prosedur pengambilang sampel. Dimana waktu pengambilan swab yang berbeda bisa memberiksa hasil yang berbeda.
Saat awak media hendak mengatur janji untuk bertemu dengan pihak Klinik Juanson sebagai bentuk perimbangan, masih belum bisa ditemui.
“Maaf Pak, saya sibuk sekali. Saya lagi ada kerjaan Pak,” pungkasnya.