Nasional

Hari Bumi 2019, Pencinta Alam Kalsel Tegaskan Sikap Save Meratus!

Gaung Melawan Konsesi Tambang dan Sawit apahabar.com, BANJARBARU – Peringatan Hari Bumi jatuh pada hari ini….

Featured-Image
Puluhan massa dari Organisasi Pencinta Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar aksi bertajuk ‘Save Meratus’ di Bundaran Banjarbaru, dan Taman Van Der Pijl, Sabtu (20/4). Walhi Kalsel for apahabar.com

Gaung Melawan Konsesi Tambang dan Sawit

bakabar.com, BANJARBARU – Peringatan Hari Bumi jatuh pada hari ini. Di Banjarbaru, puluhan Organisasi Pencinta Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar aksi di Bundaran Banjarbaru, dan Taman Van Der Pijl, Sabtu (20/4).

Dalam aksi, mereka mendeklarasikan diri sebagai kelompok yang tegas untuk menolak segala upaya perusakan bentang alam di Pegunungan Meratus.

Baca Juga:Pernyataan BPP Prabowo Soal Tambang Meratus

img

“Kami tegas menolak segala bentuk ancaman terhadap kelestarian Pegunungan Meratus dari ekstraksi pertambangan batubara dan ekspansi perkebunan kelapa sawit,” jelas Koordinator Aksi Hari Bumi, Muhammad Tamsi.

Selain gaung melawan, deklarasi tersebut sebagai wujud kekecewaan para pencinta alam di Banua atas putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) Jakarta.

Belum lama ini, PTTUN kembali mementalkan upaya mereka yang menolak Surat Keputusan (SK) Nomor 441.K/30/DJB/2017, tentang penyesuaian tahap kegiatan PKP2B PT. Mantimin Coal Mining (MCM) menjadi tahap kegiatan operasi produksi.

PTTUN menolak permohonan banding dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Kamis, 14 Maret 2019 silam.

Banding yang diajukan pasca Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta memutuskan Niet Ontvankelijke Verklaard (NO) atas SK tersebut.

Bukan hanya itu, ancaman lain yang mengintai Meratus adalah korporasi pemegang konsesi PKP2B lainnya, yakni PT. Antang Gunung Meratus (AGM). AGM dinilai mereka turut berambisi merambah kawasan pegunungan tersebut.

PT AGM dikabarkan bakal meningkatkan kapasitas produksi pertambangan batu bara dari 10 juta ton per tahun menjadi 25 juta ton/tahun di kawasan Hulu Sungai Tengah (HST) itu.

“Hari Bumi kali ini memang agak berbeda. Kami sangat geram dengan putusan PTTUN yang menolak banding dari Walhi,” ucap Tamsi.

Perayaan Hari Bumi di Kalsel sebelum-sebelumnya, selalu mengikuti agenda global. Tetapi, tahun ini pencinta alam sengaja mengangkat isu Meratus, mengingat masifnya ancaman industri ekstraktif di sana.

“Selain seluruh pencinta alam di Kalsel, kami juga mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelamatan bumi, khususnya Meratus,” tegasnya.

Dalam deklarasi itu, ada beberapa poin yang disampaikan massa gabungan pencinta alam tersebut. Yang jelas, pihaknya menolak dengan tegas eksploitasi pertambangan dan perkebunan monokultur skala besar.

Kemudian, mendukung segala upaya, baik secara personal maupun kelembagaan yang bertujuan untuk memperjuangkan keadilan ekologis di pegunungan Meratus.

Dan ketiga, menolak segala bentuk konsesi baru di sektor pertambangan dan perkebunan monokultur yang merusak lingkungan di Kalsel.

Keempat, mendesak Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral untuk secepatnya mencabut SK Nomor 441.K/30/DJB/2017 tentang penyesuaian tahap kegiatan PKP2B PT MCM menjadi tahap kegiatan operasi produksi di Balangan, Tabalong, dan Hulu Sungai Tengah.

Kelima, mendesak Pemrov Kalsel untuk mencabut izin tambang dan perkebunan sawit yang hanya akan merusak tatanan ekologi, sosial, dan budaya di Meratus.

Dan terakhir, mendorong pemerintah agar segera mengambil sikap tegas terhadap korporasi perusak lingkungan untuk melakukan pemulihan di wilayah konsesi yang rusak akibat aktivitas industri ekstraktif.

Ketujuh, mengajak seluruh elemen masyarakat Kalsel untuk ikut serta dalam upaya penyelamatan Meratus melalui gerakan #SaveMeratus.

“Terakhir, kami mendesak Presiden dengan semua kewenangannya terlibat menyelamatkan Meratus,” ujarnya.

Baca Juga:Nasib Meratus di Tahun Politik 2019, Terkungkung Oligarki

Reporter: Muhammad RobbyEditor: Fariz F



Komentar
Banner
Banner