bakabar.com, JAKARTA – Harga minyak dunia naik satu persen pada akhir perdagangan Selasa (7/6), waktu Amerika Serikat (AS). Harga minyak naik di tengah kekhawatiran pasokan karena tidak ada kesepakatan nuklir antara AS dengan Iran serta prospek pertumbuhan permintaan di China.
Dilansir Antara, Kamis (8/6), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik US$1,06 dolar atau 0,9 persen, menjadi US$120,57 per barel. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak 31 Mei.
Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 91 sen atau 0,8 persen, menjadi ditutup di US$119,41 per barel.
Pemerintah AS menyatakan tuntutan Iran tentang pencabutan sanksi mencegah kemajuan dalam kebangkitan kembali kesepakatan nuklir 2015. Para analis mengatakan kesepakatan bisa menambah 1 juta barel per hari pasokan minyak dunia.
Badan Administrasi Energi AS (Energy Information Administration/EIA) memproyeksikan produksi minyak mentah AS dan permintaan minyak akan meningkat pada 2022.
Harga juga mendapat dukungan dari ekspektasi permintaan akan pulih di China, di mana ibu kota Beijing dan pusat komersial Shanghai telah kembali normal setelah dua bulan lockdown.
Namun, para analis meragukan pasokan minyak global akan meningkat pesat menyusul keputusan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu termasuk Rusia,OPEC+ minggu lalu untuk memajukan peningkatan produksi.
Peningkatan kuota OPEC+ lebih rendah dari kehilangan minyak mentah Rusia akibat sanksi Barat sehingga gagal mengatasi kekurangan produk minyak.
Dalam masalah pasokan lainnya, operasional ladang minyak Sharara di Libya dihentikan lagi pada Senin (6/6) malam dan pekerja minyak dan gas lepas pantai di Norwegia merencanakan aksi mogok mulai Minggu (12/6) jika mediasi upah yang ditengahi negara gagal.