bakabar.com, JAKARTA – Harga minyak mentah terus mencetak rekor.
Setelah kemarin melesat 2,5%, hari ini Kamis (25/2/2021), harga minyak mentah kembali menguat.
Melansir CNBC Indonesia, pada perdagangan pagi, harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah naik 0,2%. Harga kontrak Brent dipatok di US$ 67,16/barel dan kontrak West Texas Intermediate (WTI) di US$ 63,34/barel.
Kedua kontrak tersebut sekarang berada di posisi tertingginya dalam 13 bulan terakhir. Dengan begitu harga minyak mentah telah pulih dari gempuran pandemi Covid-19.
Harga minyak melesat setelah Badan Informasi Energi AS melaporkan ada penurunan produksi minyak mentah Negeri Paman Sam hingga 1 juta barel per hari (bph) atau setara dengan 10% dari total output.
Penurunan produksi diakibatkan oleh cuaca dingin ekstrem yang membuat pipa dan infrastruktur membeku serta dibarengi dengan kurangnya pasokan listrik. Input minyak mentah untuk kilang pun drop ke level terendah sejak 2008.
“Jika Anda mendapatkan penurunan seperti itu dalam satu minggu produksi EIA, Anda kemungkinan akan mendapatkan lebih banyak setelah itu,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures di Chicago kepada Reuters.
“Ada kekhawatiran bahwa ini akan menjadi penurunan produksi permanen jangka panjang.” lanjutnya.
Harga minyak mentah sudah melesat lebih dari 30% sejak awal tahun ditopang oleh berbagai sentimen positif dan perbaikan fundamentalnya. Vaksinasi Covid-19 yang gencar dilakukan serta mulai membaiknya mobilitas publik jadi katalis positif untuk harga minyak.
Selain itu permintaan minyak dunia juga ditopang oleh ekspansi ekonomi China sebagai importir terbesarnya secara global. Dari sisi pasokan upaya para kartel yang tergabung dalam OPEC+ untuk mempertahankan defisit pasokan juga diapresiasi pasar.
Bank-bank di Wall Street merevisi naik target harga minyak tahun ini. Melansir Reuters, riset komoditas Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga minyak mentah Brent sebesar US$ 10 untuk kuartal kedua dan ketiga tahun 2021.
Alasan dibalik revisi ke atas harga minyak tersebut adalah stok yang lebih rendah serta biaya marjinal yang lebih tinggi untuk memulai kembali aktivitas hulu dan arus masuk spekulatif.
Goldman Sachs meramal harga minyak mentah Brent mencapai US$ 70/barel di kuartal kedua dan US$ 75/barel di kuartal ketiga. Sebelumnya Goldman Sachs memperkirakan harga Brent bakal berada di US$ 60 dan US$ 65 per barelnya masing-masing untuk kuartal kedua dan ketiga tahun ini.
Sama seperti Goldman Sachs, Morgan Stanley mengharapkan ready viewed harga minyak mentah Brent naik menjadi US$ 70/barel pada kuartal ketiga di tengah tanda-tanda pasar yang jauh lebih baik termasuk prospek peningkatan permintaan.