Haul Gus Dur

Gus Dur yang Sering Dikritik, Tapi Tetap Diinginkan Jadi Ketum PBNU

Muktamar NU ke-27 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, pada 1984 menjadi panggung pertama KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Featured-Image
Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Leteh Rembang, Jateng, KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). (Foto: Antara)

bakabar.com, JAKARTA - Muktamar NU ke-27 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, pada 1984 menjadi panggung pertama KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur masuk dalam kancah struktur Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU).

Mustasyar PBNU, KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus mengungkapkan nama Gus Dur dalam panggung Muktamar di Situbondo mendadak mentereng karena kelompoknya bernama Grup Pecinta NU yang terdiri 24 orang hingga kemudian membentuk Tim Tujuh yang diketuai Gus Dur.

Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Leteh Rembang, Jateng, ini menilai peran Gus Dur yang dianggap memiliki gagasan visioner tersebut yang mengantarkan Gus Dur untuk pertama kalinya menjadi Ketua Umum (Tanfidziyah) PBNU).

Baca Juga: Ketum PBNU 'Bongkar' Kewalian Gus Dur

"Sehingga nanti akan kita lihat Khittah NU itu jelas ditulis di situ. Bukan hanya untuk NU tapi untuk kemanusiaan yang terdiri dari 9 butir," katanya di Haul ke-13 KH Abdurrahman Wahid di kediaman Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (17/12).

Memasuki Muktamar ke 28 di Ponpes Krapyak Yogyakarta, Gus Dur sempat memutuskan agar cukup satu periode menjadi Ketua Umum PBNU. Di sisi lain Gus Dur tidak menyadari, warga NU yang merasa puas dengan kepemimpinannya di PBNU.

"Muktamar NU di Ponpes Krapyak Yogyakarta banyak kritik yang dialamatkan kepada Gus Dur tapi secara aklamasi kembali terpilih menjadi Ketum PBNU," ungkap Gus Mus yang juga sahabat Gus Dur tersebut.

Baca Juga: Ketum PBNU: Tak Ada Gus Dur, Saya Jadi Anggota FPI

Salah satu sosok pengkritik tulen Gus Dur adalah KH Misbah Musthofa yang juga paman dari Gus Mus. KH Misbah Musthofa selama ini dikenal sebagai salah satu kiai yang paling vokal mengkritik Gus Dur.

Suatu ketika, KH Misbah Musthofa mendengar kabar mundurnya Gus Dur dari jabatannya sebagai Ketum PBNU melalui cerita yang disampaikan keponakannya yakni Gus Mus.

"Jangan mundur, teruskan saja," ungkap Gus Mus menirukan ucapan pamannya tersebut.

"Loh njenengan kan paling suka mengkritik Gus Dur," timpal Gus Mus.

"Perbedaan adalah fitri! perbedaan pendapat bagian dari diskusi," kata KH Misbah Musthofa dengan nada tinggi.

Baca Juga: Sinta Wahid saat Mengenang Gus Dur: Pernah Jualan Kacang dan Es Lilin

KH Misbah Musthofa tak sependapat alasan mundur Gus Dur dikarenakan perbedaan pendapat. Ia menilai Gus Dur adalah figur yang tepat memimpin PBNU. Kritik-kritik yang dilancarkannya selama inilah yang dinilainya dapat membentuk karakter kepemimpinan Gus Dur yang sangat dibutuhkan NU.

"Abdurrahman itu orang alim, pintar, dan berani. Ya sudah aku yang ke Jakarta untuk menasehatinya," kata KH Misbah Musthofa mencegah rencana mundurnya Gus Dur dari kursi Ketum PBNU saat itu.

Editor


Komentar
Banner
Banner