Nasional

Gunung Semeru Erupsi, Waspada Bahaya Abu Vulkanik Bagi Tubuh

apahabar.com, JAKARTA – Gunung Semeru di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021)….

Featured-Image
Gunung Semeru di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, erupsi pada Sabtu (4/12/2021). Foto-Istimewa

bakabar.com, JAKARTA – Gunung Semeru di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021).

Bupati Lumajang Thoriqul Haq menyebutkan kondisi ini sama dengan kejadian pada tahun 2020.

“Iya, kejadiannya 30 menit lalu (sekitar pukul 15.00 WIB), nanti detailnya saya kabari,” kata Bupati Lumajang Thoriqul Haq dikutip detikcom, Sabtu (4/12/2021).

Warga yang melihat kejadian tersebut langsung berlarian ke luar rumah. Lantas, adakah bahaya dari menghirup udara yang mengandung abu vulkanik?

Dikutip dari berbagai sumber, berikut ringkasannya:

1. Gangguan Pernapasan Akut

Dalam studi yang meneliti letusan gunung Eyjafjallajökull di Islandia berjudul ‘Respitory Health Effects of Volanic Ash with Special Reference to Iceland: A Review’, terdapat dua potensi dampak abu vulkanik bagi kesehatan tubuh yakni akut dan kronis tergantung dari ukuran partikel dan sifat fisika-kimia pada permmukaan partikel abu vulkanik.

Artinya, dampak letusan gunung berapi bagi kesehatan tubuh bisa berbeda-beda. Akan tetapi, umumnya, abu vulkanik bagi kesehatan berkaitan dengan gangguan pernapasan akut seperti bronkitis atau asma.

Kemudian menghirup abu vulkanik bisa saja berdampak memperparah kondisi penyakit yang sudah ada pada paru-paru dan jantung. Seperti misalnya penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), emfisema, dan penyakit paru jangka panjang lainnya.

2. Silikosis

Masih pada hasil studi yang sama, ada kekhawatiran tentang risiko jangka panjang silikosis akibat paparan kronis abu vulkanik. Silikosis merupakan kondisi berlebihnya silika di dalam tubuh akibat teralu banyak menghirup abu silika dalam jangka waktu lama.

Abu vulkanik sendiri mengandung mineral kuarsa, krtobalit atau tridmit. Zat ini yang menghasilkan kristal silika bebas atau silikon dioksida (S02) yang bisa menyebabkan penyakit silikosis.

3. Iritasi dan alergi

Menurut situs National Health Service UK, selain berpengaruh pada pernapasan, abu vulkanik juga menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Tingkat keparahan dipengaruhi oleh konsentrasi abu, lamanya paparan abu, seberapa halus partikel abu, dan tersusun dari apa abu tersebut.

Selain bersifat asam, abu vulkanik juga terdiri dari bermacam debu partikel dan pollen yang bisa menimbulkan alergi. Tentunya hal ini berbahaya bagi mereka yang memiliki alergi terpapar bahan-bahan tersebut.

Gejala paparan Abu vulkanik

Setelah mengetahui bahaya terkena paparan abu vulkanik kita juga harus mengetahui gejala yang pertama timbul ketika terpapar. Seperti:

– Mengalami masalah pernapasan seperti sesak napas
– Batuk
– Mengalami gejala seperti flu
– Sakit kepala
– Lemas atau kurang berenergi
– Produksi lendir meningkat
– Sakit tenggorokan
– Mata berair dan iritasi
Siapa yang Berisiko Terpapar?

Dikutip dari CNN, Sabtu (4/12/2021), Dokter ahli paru Agus Dwi Susanto yang juga merupakan Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan abu vulkanik bisa mengenai dan membahayakan siapa saja.

Namun ada beberapa kelompok berisiko tinggi seperti, anak-anak, lansia, ibu hamil, orang yang sudah memiliki penyakit kronis seperti asma, paru, dan jantung.

Salah satu cara untuk menghindari abu vulkanik dengan mengurangi aktivitas di luar ruangan. Jika hal itu tak memungkinkan, sebaiknya waspada dan melindungi diri dengan menggunakan proteksi, seperti baju panjang, kacamata, dan masker.



Komentar
Banner
Banner